Selasa, 29 Maret 2016

Sutikno, Penemu Sembilan Varietas Padi Unggul Made In Bangorejo

Sutikno, Penemu Sembilan Varietas Padi Unggul Made In Bangorejo

kpp-indonesia.com, Apa yang dilakukan oleh Sutikno Effendi, anggota Kelompok Tani Yudomulyo, Desa Ringintelu, Kecamatan Bangorejo ini cukup luar biasa. Pria berusia 48 tahun itu berhasil menemukan sembilan macam bibit padi unggulan hasil perkawinan silang yang bisa menghasilkan panen beberapa kali lipat dibanding bibit padi konvensional.

Karya besar Sutikno ini terinspirasi oleh kualitas padi kelas impor seperti jenis hibrida yang bisa menghasilkan panen dua kali lipat dibanding bibit padi lokal, pada 2003. Dari sana, Sutikno terus berpikir keras mencari jawaban.

Sambil terus merenung, bapak tiga anak, itu terus mencoba menemukan jawaban, mengapa bibit padi dari luar negeri selalu lebih bagus dibanding bibit lokal. Padahal di sisi lain, dia yakin bahwa sebenarnya para petani di Indonesia, tidak kalah cerdas dan tidak kalah kreatif dibanding dengan para petani dari luar negeri.

Pada 2003, suami Yurmaini itu akhirnya mulai menemukan jawabannya. Saat itu, dia berpikir bahwa tanaman holtikultura atau sayur mayur bisa berproduksi secara berlipat ketika dikawinkan secara silang. ''Contohnya kacang panjang, kalau dikawinkan silang maka menghasilkan buah yang bagus. Begitu juga dengan holtikultura lainnya," tutur sarjana pendidikan tersebut.

Berawal dari pemikiran tersebut, Sutikno mencoba menyamakan praktik kawin silang tanaman holtikultura itu dengan tanaman padi. Awalnya, dia mencoba mengawinkan bibit tanaman padi lokal, yaitu jenis IR dan Ceheran.

Ternyata luar biasa, percobaan tersebut bisa menghasilkan panen padi berlipat dibanding pada umumnya. Bibit padi hasil perkawinan silang tersebut ternyata memiliki banyak keunggulan. Satu malai (baca: tangkai) anaman bisa menghasilkan 450 sampai 700 butir padi. Padahal biasanya, satu malai padi hanya bisa menghasilkan 170 sampai 200 butir padi.

Bukan hanya itu, yang cukup membanggakan, bibit hasil perkawinan silang tanaman padi tersebut, ternyata umurnya lebih cepat dibanding bibit padi pada umumnya. ''Umumnya tanaman padi berumur di atas seratus hari baru panen. Nah, bibit ini bisa di bawah seratus hari sudah panen," ujarnya.

Keunggulan lain bibit temuan Sutikno adalah tinggi batang sedang, agak besar, tidak mudah roboh walaupun diterjang angin dan hujan, dan memiliki malai lebih panjang. Selain itu, satu bibit padi bisa beranak antara 15 sampai 25 tanaman

Yang lebih menarik lagi, tanaman padi ini juga bisa menghasilkan panen berlipat-lipat dibanding bibit padi konvensional. ''Dalam satu hektare tanaman, rata-rata bisa menghasilkan 16 ton padi. Padahal umumnya, dalam satu hektar hanya 4,5 ton. Kalau hibrida bisa 8 sampai 11 ton," sebutnya.

Merasa bibit temuannya cukup unggul dan banyak bermanfaat bagi peningkatan ekonomi para petani, dalam perkembangannya, Sutikno, terus melakukan percobaan terhadap bibit padi yang lainnya.

Kali ini, dia mencoba mengawinkan bibit tanaman padi dari Cilacap dan IR 64 Prima, selain itu juga mengawinkan bibit tanaman padi dari Kalimantan Timur, dan Bengkulu. Hasilnya juga cukup mengembirakan. Kualitas dan keunggulan bibit hasil perkawinan silang tersebut, ternyata juga sama dengan padi lokal IR dan Ceheran. ''Sementara, tiga produk bibit ini yang sudah beredar dan ditanam oleh banyak petani, tepatnya mulai banyak dikenal sejak 2007" ujarnya.

Bagaimana dengan enam bibit lainnya? Dia mengakui, enam jenis bibit padi temuannya yang sementara diberi inisial STIK 205, STIK 171, STIK 191, STIK 141, STIK 131 dan STIK 121, masih dalam taraf pembenahan dan belum siap dijual kepada para petani. ''Istilahnya masih perlu pemurnian lagi," tandasnya.

Ada dua cara mengawinkan tanaman padi yang menghasilkan bibit unggul tersebut. Yakni secara paksa dan alami. Teknis perkawinan paksa dilakukan dengan cara menyinari padi dengan kaca fokus, tepatnya dua hari setelah malai tanaman padi tumbuh. ''Begitu kelopak padi membuka, putik sari bibit padi yang akan kita kawinkan langsung kita tabur," jelasnya.

Sedang cara yang kedua, yaitu mengawinkan secara alami, yaitu menunggu sampai tanaman padi membuka kelopaknya. Hal ini, biasanya terjadi antara pukul 09.00 sampai 11.00. Sehingga ketika menempuh cara kedua ini, dia harus cermat dan telaten menunggu di sawah mulai pukul 09.00 sampai 11.00. ''Begitu kelopak padi membuka, putik sari bibit yang akan kita kawinkan langsung ditabur," jelentreh Sutikno.

Sayangnya, keberhasilan Sutikno, menemukan varietas padi made in Bangorejo tersebut kurang diimbangi dengan perhatian pemerintah. Terbukti sampai saat ini, temuannya belum mendapatkan hak paten. Padahal, bibit tanaman padi tersebut, sudah banyak dimanfaatkan oleh para petani di Jawa Tengah, Sulawesi, Kalimantan, serta berbagai kota lain di Indonesia. ''Mau ngurus hak paten kok rasanya sulit banget gitu. Saya sendiri heran mengapa kok begitu sulitnya mendapatkan hak paten," kata Sutikno.

Sementara itu, anggota DPR RI asal Desa Karangdoro, Kecamatan Tegalsari, Abdullah Azwar Anas, yang ikut juga berkunjung dan berdialog dengan para petani, mengaku cukup bangga dengan penemuan bibit unggul oleh para petani. Sayangnya, temuan yang sangat luar biasa itu, kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah dan kurang banyak diketahui oleh pihak luar.
''Inilah pentingnya mengenalkan produk lokal ke daerah lain bahkan ke luar negeri. Mudah-mudahan suatu saat ada even pameran pertanian nasional dan bisa diikutsertakan. Kita siap memfasilitasi," ujarnya. (Sumber: radioglobalmediaswarafm.com)

Jumat, 25 Maret 2016

Bank Benih, Jalan Mewujudkan Kemandirian Petani

Bagi petani, benih merupakan kesatuan, tak dapat dipisahkan. Benih menjadi modal penting bagi kelangsungan kehidupan petani.
Tidak hanya penting dalam konteks budidaya-ekonomi, namun benih juga menjadi simbol sosial-budaya dan religi yang tak dapat dipisahkan dalam kehidupannya. Sejarah mencatat, petanilah pihak yang paling berjasa dalam menjaga benih.
Namun sayang saat ini petani justru tak memiliki kuasa atas benih yang selama ini mereka miliki. Menurut Said Abdullah, manager advokasi dan jaringan Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), petani tak lagi memiliki kedaulatan atas benih. Penguasa terbesar benih bukan lagi petani tetapi perusahaan.
Dalam waktu kurang dari tiga dekade perusahaan transnasional telah menguasai peredaran benih di dunia. Data ETC Group tahun 2007 menunjukkan sekurangnya 67% pasar benih dengan nilai perdagangan mencapai 14,785 juta dolar dikuasai hanya oleh 10 perusahaan transnasional. Pun di Indonesia, benih dikuasai oleh perusahaan yang sebagian besar berafiliasi dengan perusahaan transnasional. Pada tahun 2008, sekurangnya 71% benih jagung, 40% benih padi, dan 70% benih hortikultura dikuasai perusahaannya.
Sementara Dwi Andreas Santosa dari ICBB menilai perusahaan-perusahaan transnasional telah secara nyata meminggirkan hak-hak petani. Yang nampak adalah upaya ekslpoitasi sumberdaya genetik untuk sebesar-besarnya keuntungan mereka. Padahal penguasaan benih semestinya diserahkan kembali kepada petani.
Untuk menandingi kerakusan perusahaan-perusahaan ini maka pada tanggal 12 Juli 2012, dalam acara sarasehan petani nasional yang dihadiri 70 orang perwakilan petani dan organisasi non pemerintahan dari Jawa dan Sumatera, di Bogor telah dibentuk dan dideklarasikan asosiasi bank benih tani indonesia atau AB2TI (indonesian farmer seed bank asociation). AB2TI ini dirancang untuk mengakomodasi dan mendorong berbagai inisiatif pemuliaan benih yang telah dilakukan petani dan kelompok pemulia benih yang ada.
Said mengutarakan, AB2TI ini dimaksudkan menjadi pusat perbenihan yang dimiliki oleh Petani Indonesia dalam upaya meningkatkan penguasaan dan mewujudkan kedaulatan petani atas benih. Bank benih ini menjadi alat untuk memutus ketergantungan petani ada perusahaan dengan menyediakan berbagai benih bermutu hasil karya mereka sendiri.
Lahirnya B2TI ini juga merupakan kritik tidak langsung atas kebijakan pemerintah masih jauh dari cukup untuk melindungi petani. Regulasi yang ada justru menempatkan petani semakin tersubordinasi dan melanggengkan ketergantungan pada produk-produk perusahaan. Selain undang-undang yang tak berpihak ke petani, program yang digulirkan pun mendorong petani semakin tersubordinasi. Program Bantuan Benih Padi Langsung yang digulirkan pemerintah contohnya. Benih yang digunakan sebagian besar merupakan benih hibrida unggul impor produksi perusahaan besar bukan berasal dari benih lokal produksi petani. Dalam kurun 2007-2012, sekurangnya 5,7 triliun dibelanjakan pemerintah untuk subsidi benih tersebut. Padahal dana sebanyak itu jika dialokasikan langsung untuk mendukung pengembangan perbenihan petani melalui pengembangan bank benih petani akan sangat nyata berguna.
Menurt Dwi Anderas, hadirnya AB2TI ini diharapkan menjadi sistem pendukung budidaya pertanian yang berkelanjutan. Dengan demikian cita-cita kemandirian dan kesejahteraan petani dapat dicapai.
Dalam mencapai cita-citanya, AB2TI akan berfokus pada upaya konservasi melalui koleksi, karakterisasi, indentifikasi benih-benih yang dimiliki petani. Selain itu, akan dilakukan penelitian dan pengembangan teknologi perbenihan, pendampingan dan pelatihan petani pemulia benih, dan advokasi serta kampanye publik.
AB2TI juga diharapkan menjadi media bagi perlindungan atas berbagai upaya pengriminalisasian petani pemulia benih seperti yang terjadi pada tiga petani jagung di Kediri beberapa tahun lalu.
Selain mengawal pembahasan Undang-undang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani di DPR, judicial review atas Undang-undang nomor 12 tahun 1992 tentang system budidaya tanam merupakan upaya advokasi yang menjadi target utama. (Marwan Azis).
Sumber : binaswadaya

Kamis, 24 Maret 2016

2016, Tahun Kebangkitan Modernisasi Pertanian


Mekanisasi pertanian merupakan pintu masuk awal bagi modernisasi pertanian. Melalui mekanisasi kesan kumuh pertanian dapat dihilangkan, sehingga petani muda mau menjalankan semua aktivitas tanpa menjadi kotor. Selain menghilangkan kesan kumuh, modernisasi pertanian juga turut berperan meningkatkan hasil produksi pangan nasional. Seperti yang terlihat dalam Gelar Teknologi Pertanian Modern di Subang (20/10/2015).
Kegiatan yang dihelat bertepatan dengan 1 tahun pemerintahan Kabinet Kerja ini menampilkan tiga inovasi teknologi pertanian yaitu pengolahan lahan, penanaman serta pemanenan yang semuanya menggunakan alat dan mesin pertanian modern hasil produksi dalam negeri. (Pustaka deptan)

MENGATASI WALANG SANGIT

MENGATASI WALANG SANGIT DENGAN RAMUAN RAMAH LINGKUNGAN



Bahan: Daun Sirsak (Annonanmuricata) dan Daun Tembakau (Nicotiana batacum)
Cara Pembuatan:
1. Ambil 50 lembar daun sirsak dan
1 ons tembakau.
2. Dilumatkan bersama-sama
3. Rendam dengan satu liter air selama 24 jam
4. Air rendaman diperas dan disaring, kemudian dilarutkan hingga volumenya kurang lebih 30 liter.
5. Semprotkan ke lahan.
Selamat Mencoba........!!!
Anda punya pengalaman mengatasi walang sangit, silahkan berbagi di komentar di bawah ini....

follow twitter admin di www.twitter.com/jhritonga17
-sumber :blog.pertanianorganik

MARI KITA MULAI TRADISI "BARTER BENIH"

MARI KITA MULAI TRADISI "BARTER BENIH"


Melalui ‪#‎kpp_indonesia‬ ini, saya ingin melakukan hal yang berguna dan bermanfaat
bagi para pembaca semua, khususnya para petani Padi Indonesia tercinta ini.
Cara yang mungkin bisa kita lakukan dan mudah dilakukan adalah melakukan BARTER BENIH.
Barter adalah salah satu solusi yang bisa kita lakukan. Bila ada petani A yang tanam varietas terbaru, kemudian hasilnya bagus. Dan pada saat yang sama, ada petani B yang tanam benih lain yang bagus.
Pada kesempatan lain, petani B ini ingin tanam varietas terbaru tsb. Maka petani B dapat menghubungi petani A. Bila melalui komentar atau email atau hp maka terjadi kesepakatan adanya barter tsb.
Kemudian petani C ingin ikut juga melakukan hal yang sama, maka petani C ini dapat melakukan hal yang sama. Begitu seterusnya,,,,
Sehingga, benih yang merupakan anugrah dari Sang Pencipta yaitu ALLAH SWT akan menjadi
berkah tersendiri bagi insan lain. Dan bagi para pemulia benih itu sendiri, ada pahala yang akan dini’mati di dunia dan di akhirat nantinya.
Amin
Di era modern ini, di negara maju sekalipun, metode barter sedang trend . Mengapa ? sebab metode barter ini mempunyai keunggulan dan kelebihan tersendiri.Bila ada kasus, bahkan banyak kasus, banyak petani yang beli benih kemudian benih t ersebut tidak sesuai dengan harapannya. Ini bisa jadi benih tsb palsu, kadaluarsa, dioplos, dll. Ini jelas-jelas merugikan banyak pihak.
Nah, barter ini bisa menjadi salah satu solusi bagi kita semua.(blog.ceritanurmanadi)

Selasa, 22 Maret 2016

Cara Memilih Benih Unggul Padi Bernas

SORTIR BENIH PADI DENGAN AIR GARAM
Oleh ; Tony Purba
Saat ini ada cara yang bisa dipilih oleh petani dalam memperoleh benih unggul terbaik yaitu dengan cara memilih benih unggul padi bernas menggunakan indikator telur dan garam, cara ini bertujuan untuk memisahkan benih yang bernas dari benih yang jelek. Caranya sangatlah mudah yaitu dengan hanya menyediakan air, garam, telur, wadah (ember) dan benih padi.
Berikut merupakan cara / tahapan perlakuannya :
(1). Siapkam wadah yang di gunakan boleh ember
(2). Masukkan air kedalam wadah. Tes awal masukkan sebutir telur ke air dan telur akan tenggelam kedasar air
(3). Masukkan garam ke dalam air (Ini bertujuan agar berat jenis air garam menjadi meningkat). Masukkan garam disertai dengan diaduk-aduk biar lebih cepat larut, dan tambahkan garam hingga telur bila dimasukkan menjadi terapung kepermukaan air
(4). Masukkan telur kedalam air. Apakah mengapung? Bila telur masih tenggelam maka tambahkan lagi garam, dan bila sudah mengapung maka pemberian garam diberhentikan. (umumnya telur mengapung pada perbandingan 20 gram garam setiap 1 liter air)
(5). Kelaurkan telur yang sudah dalam keadaan mengapung
(6). Masukkan benih kedalam larutan air garam. Benih yang bernas akan tenggelam, benih yang hampa dan retak akan mengapung.
(7). Buang benih yang mengapung.
(8). Pilih benih yang tenggelam sempurna.
(9). Cuci bersih dan tiriskan benih yang tenggelam tadi.
Bila sudah melakukan cara seperti diatas, maka diperolehlah benih benas yang bermutu dan berkualitas.

kenapa kita dapat menggunakan larutan air garam tersebut untuk menyeleksi benih ?.
Air garam memiliki massa jenis lebih tinggi daripada air tawar, dimana makin tinggi massa jenis cairan maka makin mudah bagi obyek melayang di dalamnya. Bisa dibahasakan kembali dengan kerapatan air laut itu lebih tinggi dibandingkan air murni.

Kebutuhan dan Permintaan Ketan di Indonesia


Ketan digunakan untuk konsumsi rumah tangga maupun industri. Namun, data produksi maupun permintaan ketan belum tercatat dengan baik. Data produksi ketan masih menyatu dengan data produksi beras pada umumnya, begitu pula data konsumsinya. Sebagian kebutuhan ketan masih dipenuhi dari impor.
Impor beras masih berlangsung setiap tahun meski dalam jumlah yang terbatas. Beras yang diimpor terdiri atas beberapa jenis, yakni beras yang diimpor oleh Bulog dan beras khusus. Jenis beras yang diimpor oleh Bulog memiliki tingkat kepecahan 5-25% dan digunakan untuk stabilisasi harga, penanggulangan keadaan darurat dan kerawanan pangan, serta untuk raskin. Sementara beras khusus meliputi beras ketan utuh, beras ketan pecah 100%, beras pecah 100%, beras thai hom mali, beras japonica, beras basmati, dan beras khusus lainnya.
Meskipun ketan telah banyak diproduksi di dalam negeri, data produksinya belum tersedia dengan baik, termasuk data permintaan dan kebutuhan ketan untuk industri. Data produksi ketan masih dikategorikan sebagai data produksi padi dalam arti luas, sedangkan data produksi padi hanya dibedakan antara padi sawah dan padi gogo.
Beberapa kajian menyebutkan bahwa sentra produksi ketan terbatas di Kabupaten Subang (Jawa Barat) dan Lumajang (Jawa Timur) serta sebagian wilayah Jawa Tengah. Ketan juga ditanam di beberapa wilayah di Sumatera Barat dan jenis ketan merah telah diusahakan di Kabupaten Enrekang
dan Tanah Toraja (Sulawesi).
Sumber : web pustaka deptan

Jumat, 18 Maret 2016

Hama Eksotik Tanaman Padi


Hama belalang Oxya spp. umumnya meletakkan telur dalam tanah atau pada batang padi dan gulma. Hama Oxya meletakkan telur pada pelepah talas dengan gejala berlubang-lubang, telur akan menetas 4 minggu setelah diletakkan. Hama Oxya spp dapat menyerang pertanaman padi pada musim hujan maupun musim kemarau. Belalang ini memakan daun padi selama masa pertumbuhan vegetatif,terutama pada fase memasuki pembentukan malai, hama ini kadang juga merusak batang tanaman padi dan daun bendera. Serangan dapat menyebabkan hampir seluruh tepi daun habis dengan menyisakan tulang-tulang daun. Sebagai hama tanaman padi, Hama Oxya spp lebih dikenal dengan sebutan belalang padi (rice grasshopper).
Hama ini banyak ditemukan di Bogor, Petani umumnya mengendalikan hama dengan menggunakan pestisida secara berlebihan sehingga menyebabkan resistensi dan resurjensi, residupada hasil panen, dan pencemaran lingkungan. Penggunaan pestisida dapat dikurangi dengan menerapkan prinsip pengendalian hama terpadu (PHT). Tidak menanam talas berdampingan dengan padi merupakan salah satu cara yang perlu dipatuhi karena Oxya spp, terutama pada area pertanaman padi yang berdekatan dengan tanaman talas. Hama belalang
Oxya spp sangat menyukai pelepah daun talas untuk meletakkan telur dan sebagai inang alternatif sebelum menyerang tanaman padi.
Pengendalian secara kimiawi merupakan alternatif terakhir apabila populasi hama sudah diatas ambang kendali dan tidak bisa dikendalikan oleh musuh alami. Selain itu kondisi pertanaman padi harus bersih dari gulma karena dapat menjadi inang alternatif untuk aktivitas makan dan peletakan telur hama belalang ini. Informasi ini merupakan salah satu artikel yang tercantum dalam Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian ---> Vol.36 No.3 Th. 2014

Sumber : Website pustaka deptan

BUMD Pangan Lokal untuk Ketahanan Pangan Nasional

BUMD Pangan Lokal untuk Ketahanan Pangan Nasional
Salah satu unsur penting dalam ketahanan pangan adalah ketersediaan beras. Institusi yang diberi tugas oleh pemerintah dalam menjamin ketersediaan beras nasional adalah Bulog yang berperan dalam pemenuhan Program Beras untuk Masyarakat Miskin (Program Raskin) dan Cadangan Beras Pemerintah (CBP). Masalah lainnya adalah pemilikan sarana terbatas, selain masalah personil dan mekanisme kerja internal Bulog. Sejak era otonomi daerah, setiap daerah memiliki kewajiban mewujudkan ketahanan pangan di daerahnya. Beberapa program yang sudah dilakukan adalah membentuk Cadangan Pangan Daerah untuk berbagai kebutuhan, terutama bencana alam.
Untuk membantu Bulog menyerap beras petani, keberadaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang bergerak di bidang pangan sangatlah logis. BUMD pangan memiliki peran serupa dengan Bulog, namun pada level daerah (kabupaten). Beras yang terkumpul di BUMD Pangan diprioritaskan untuk kebutuhan masyarakat setempat dan sisanya untuk cadangan beras Bulog. Justifikasi lain pendirian BUMD adalah: (1) mempercepat proses pembangunan daerah dan membantu meningkatkan kesejahteraan rakyat, (2) sebagai mitra masyarakat dalam menyukseskan pembangunan sebagaimana nafas dari prinsip perekonomian nasional, serta (3) mewujudkan kemandirian pangan daerah, mengefisienkan manajemen pangan nasional, meringankan biaya transportasi, serta menjamin ketersediaan pangan di tingkat lokal yang lebih sesuai dengan kebutuhan.
Kegiatan yang saat ini berjalan adalah pengadaan, pengolahan, penyimpanan, dan pemasaran hasil pertanian khususnya beras. Dengan kegiatan ini, BUMD mampu menstabilkan harga beras di tingkat petani dengan melakukan pembelian gabah sesuai harga pasar. BUMD juga mampu menyediakan sarana produksi pertanian dan teknologi bekerja sama dengan kelompok tani. Informasi ini merupakan salah-satu artikel yang tercantum dalam
Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian >> Vol.37 No.1 Th. 2015

Sumber : website Pustaka Deptan

Senin, 14 Maret 2016

Tehnik Irigasi Dan Pengaturan Pengairan Pada Lahan Persawahan

Tehnik Irigasi Dan Pengaturan Pengairan Pada Lahan Persawahan

kpp-indonesia.com- Pengairan adalah kunci utama dalam pertanian padi, baik tidaknya kualitas dari produktivitas padi sangat bergantung pada bagaimana kita mengatur dan mengelola air. Tapi kita juga harus kita mengerti bahwa pada dasarnya padi bukan merupakan tumbuhan air, sehingga tanaman tersebut tidak harus selalu digenangi air.. Dengan memahami hal ini, maka diharapkan para petani dapat menghemat dalam penggunaan air dan dapat melakukan pengairan secara tepat..
Pada budidaya tanaman padi sebaiknya pengairan dilakukan secara berselang atau pengairan intermiten. Pengairan berselang adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian.
Manfaat Dan Tujuan Pengairan Berselang:
Menghemat air irigasi sehingga areal yang dapat diairi jangkauanya menjadi lebih luas.
Memberi kesempatan kepada akar untuk mendapatkan udara sehingga perakaran lebih sehat dan dapat berkembang lebih dalam.
Mencegah timbulnya keracunan besi.
Mencegah terjadinya penimbunan asam organik dan gas H2S yang akan bisa menghambat perkembangan akar
Akar bisa berkembang lebih baik
Mengurangi Resiko terjadinya kerebahan,
mengaktifkan jasad renik mikroba yang sangat bermanfaat bagi tanaman padi
mengurangi jumlah anakan padi yang tidak produktif
menyeragamkan proses pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen
memudahkan pembenaman pupuk ke dalam tanah sehingga lebih dapat efektif dalam penyerapan tanaman.
Mengurangi resiko serta memudahkan pengendalian dan pencegahan hama berupa keong mas,
Mengurangi resiko penyebaran hama wereng coklat dan penggerek batang
Mencegah terjadinya busuk batang.
( Sumber: Badan Litbang Pertanian )
Berikut Cara Penerapan Pengairan Yang Tepat:
1. Saat proses penanaman bibit baru, sebaiknya kondisi air di sawah dalam keadaan macak-macak. Hal tersebut dimaksudkan agar memudahkan para petani dalam menanam bibit padi. Selanjutnya secara bertahap tanaman digenangi air setinggi 2-5 cm.
Kondisi ini dibiarkan sampai 10 hari, karena selama waktu 10 hari tersebut bibit yang telah dicabut mengalami stress akibat terkena terik matahari, Penggenangan air ini bertujuan untuk mengurangi stress akibat terik matahari. Setelah lebih dari 10 hari setelah tanam, air dibiarkan sampai kondisi macak-macak kembali sampai 14 hst. Saat inilah waktu yang pas untuk pemberian pupuk yang pertama.
2. Sekitar 2 hari setelah pemupukan sawah kembali digenangi air setinggi 3-5 cm. Begitu seterusnya dengan selang waktu yang sama.
3. Setelah memasuki vase generatif, maka sebaiknya tanaman selalu digenangi air setinggi 3-5 cm. Tapi, hal ini pun tak mutlak harus dilakukan. Tanaman juga masih bisa di biarkan dalam keadaan macak-macak. Pada fase generativ ini tanaman membutuhkan air dalam jumlah yang banyak untuk pengisian bulir padi.
4. memasuki usia 10-14 hari sebelum masa panen, sawah dibiarkan dalam kondisi macak-macak sampai kering. karena apabila dalam kondisi tersebut tanaman digenangi air maka hasil panen padi akan kurang bagus.

Sumber : kabartani.com

Minggu, 13 Maret 2016

INOVASI TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI SAWAH

INOVASI TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI SAWAH PDF Cetak E-mail
Oleh Dede Rusmawan, SP   
PENDAHULUAN
Potensi sub sektor pertanian Kepulauan Bangka Belitung tergolong tinggi, mengingat ketersediaan lahan untuk kegiatan pertanian masih cukup tersedia, termasuk dalam hal ini adalah untuk peruntukan lahan sawah. Hal ini dapat dilihat dari pemanfaatan lahan lahan pertanian yang belum optimal. Potensi lahan untuk subsektor pertanian lahan basah untuk padi sawah tersedia 14.988 ha. Lahan basah yang sudah dibuka sekitar 11.000 ha dan yang baru dimanfaatkan sekitar 8.000-an ha. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terus melakukan upaya peningkatan produksi padi melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal sawah. Perluasan areal sawah baru yang diiringi implementasi teknologi pertanian dapat meningkatkan produksi padi.
Budidaya padi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih tergolong tradisional dimana petani belum sepenuhnya mengikuti teknik budidaya yang direkomendasikan. Agar dapat meningkatkan produktivitas perlu ada inovasi teknologi budidaya padi sawah yang dapat diterapkan oleh petani sesuai spesifik lokasi, sehingga dapat diterapkan dengan mudah.


BUDIDAYA PADI SAWAH
I. PENYIAPAN BENIH
  • Gunakan benih bermutu/berlabel.
  • Pemilahan benih menggunakan larutan ZA dengan konsentrasi 225 g/liter air atau larutan garam dengan konsentrasi 30 g/liter air. Benih yang terapung dibuang, sedangkan benih yang digunakan hanya yang tenggelam.Selanjutnya benih dibilas dengan air, kemudian direndam selama 24 jam, dan setelah itu ditiriskan/diperam sampai ada tanda putih pada pangkal benih (24-48 jam) lalu disebar di persemaian.
  • Pada daerah yang endemik hama atau penyakit disarankan melaksanakan perlakuan benih dengan pestisida berbahan aktif fipronil atau fungisida. Setelah direndam 24 jam benih ditiriskan dan dicampur regent 50 sc dengan dosis 12,5 cc/kg benih sebelum diperam.



II. PERSEMAIAN
  • Luas persemaian untuk 1 ha adalah 400 m2
  • Bedengan lebar 1,0 – 1,2 m panjang disesuaikan keperluan.
  • Tambahkan 2 kg/m2 bahan organik untuk meningkatkan kesuburan tanah dan memudahkan pencabutan bibit.
  • Setelah umur bibit 15 – 20 HSS, bibit siap dipindahkan ke lahan pertanaman.


III. PENGOLAHAN LAHAN
  • Lahan sawah disiapkan dengan cara pengolahan tanah sempurna dan apabila tidak memungkinkan, maka tanah dapat diolah minimal atau tanpa olah tanah.
  • Dalam pengolahan tanah ada beberapa faktor yang harus diperhatikan:
  • ketersediaan air,
  • waktu tanam perlu serempak agar sesuai dengan pola  di wilayah setempat.
  • jenis dan tekstur tanah.

IV. PENANAMAN
  • Umur bibit < 21 HSS. Tanam bibit muda tidak dianjurkan pada lahan yang draenasenya buruk atau endemik keong mas.
  • Bibit ditanam cukup 1-3 batang/lubang tanam.
  • Jarak tanam menentukan populasi tanaman/satuan luas :
(1) tegel 20 cm x 20 cm = 25 rumpun,
(2) tegel 25 cm x 20 cm = 16 rumpun,
(3) legowo 2:1; 40 cm x (20 cm x 10 cm) = 33 rumpun
(4)legowo 2:1; 50 cm x (25 cm x 12,5 cm) = 21 rumpun
(5) legowo 4:1; 40 cm x (20 cm x 10 cm) = 40 rumpun
(6) legowo 4:1; 50 cm x (25 cm x 12,5 cm) = 26 rumpun
Keuntungan dan kelemahan system tanam legowo
Keuntungan:
-        Semua barisan rumpun berada pada bagian pinggir yang memberikan hasil tinggi.
-        Tanaman yang mendapat efek samping produksinya dari yang tidak mendapat efek samping.
-        Pengendalian hama penyakit lebih mudah, ruang kosong untuk pengaturan air , atau mina padi.
Kelemahan: jumlah benih yang diperlukan lebih banyak dan upah buruh lebih tinggi.

V. PEMUPUKAN
  • Kebutuhan hara tanaman dipengaruhi:
  • Potensi hasil varietas,
  • Iklim (musim hujan atau musim kemarau)
  • Ketinggian tempat
  • Ketersediaan hara dalam tanah
  • Pola tanam (monokultur, polikultur,rotasi tanaman).
Takaran pupuk untuk tanaman padi bergantung: 1)status hara tanah, 2) Kebutuhan tanaman akan hara, 3) Kandungan hara dalam pupuk.
Manfaat dan dampak penerapan pemupukan spesifik lokasi:
-        Pemberian pupuk yang tepat takaran, tepat waktu, dan jenis pupuk  yang diperlukan  sesuai, maka pemupukan akan lebih efisien, hasil tinggi, dan pendapatan petani meningkat.
-        Pencemaran lingkungan dapat dihindari, kesuburan tanah tetap terjaga, dan produksi padi lestari.
-        Mengurangi biaya pembelian pupuk.

Teknologi penggunaan pupuk:
-        Gunakan pupuk sesuai stadia pertumbuhan tanaman.
-        Buat jadwal pemupukan:
-        Pemupikan dasar
-        Pemupukan N susulan
-        Pemupukan K susulan
-        Tetapkan tingkat hasil yang ingin dicapai (5-8 ton/ha)

Dokumentasi:


Tabel 1. Waktu Aplikasi pemupukan
PUPUK
PERTUMBUHAN AWAL
ANAKAN AKTIF
PRIMORDIA
Umur (HST)
0 - 14
21 -28
35 -50
Nitrogen (N)
Takaran sedang (50-100 kg urea/ha)
Berdasarkan BWD
Berdasarkan BWD
Fosfor (P2O5) dan Sulfur (S)
100 %
(seluruhnya)
-
-
Kalium (K2O)
50-100%
-
Jika diperlukan ditambah 50%

Pemupukan N susulan
  • Pilih cara pemupukan N susulan:
-        Berdasarkan waktu yang ditetapkan (stadia pertumbuhan)
-        Kebutuhan riil tanaman
  • Berdasarkan waktu yang ditetapkan:
Bandingkan warna daun padi dengan skala BWD pada saat anakan aktif (21-28 HST) dan fase promordia (35-50 HST
Tabel  2. Takaran pupuk urea yang akan diberikan

Pembacaan BWD sesaat sebelum pemupukan
Respon Pupuk N
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
Tingkat hasil (GKG)
5 t/ha
6 t/ha
7 t/ha
8 t/ha
Takaran pupuk urea (kg/ha)
BWD<3,5
75
100
125
150
BWD=3,5
50
75
100
125
BWD>4
0
0-50
50
50

  • Kebutuhan N sesuai dengan kebutuhan riil tanaman
-        Bandingkan warna daun dengan skala BWD selang 7-10 hari, mulai sekitar 21 hari HST sampai primordia bunga (sekitar 50 HST).
-        Berikan pupuk N apabila warna daun di bawah nilai kritis (<4).

VI. PENGENDALIAN GULMA
Pengendalian tidak langsung:
-        Pengolahan tanah sempurna
-        Benih bermutu/berlabel
-        Irigasi (pengaturan genangan air)
-        Varietas (sistem kanopi, pertumbuhan)
-        Populasi tanaman (tanaman optimum)

Pengendalian langsung:
A. Cara Manual dan Mekanisasi:
-        Gulma dicabut menggunakan tangan lalu diinjak-injak dibenamkan kedalam lumpur.
-        Menggunakan alat gasrok, landak. Kelemahan gulma yang ada dalam barisan dan dekat rumpun padi tidak terkendalikan, maka perlu dicabut pakai tangan. Keuntungannya akar rambut yang tua dirusak, sehingga merangsang tumbuh akar muda yang baik untuk penyerapan hara.

B. Pemakaian Herbisida
-        Penyemprotan harus mengetahui kalibrasi penyemprotan
-        Mengetahui formulasi herbisida (cairan,emulsi, butiran atau tepung)
-        Cara aplikasi (dosis, waktu)
-        Sifat kerja herbisida (selektif, non selektif)
-        Cara kerja herbisida (sistemik, kontak)
Penggolongan Herbisida
A. Herbisida selektif:
-        Herbisida kontak melalui daun (propanil)
-        Translokasi melalui daun (2,4D, MCPA dll)
  • Pemberian melalui akar (atrazin)

B. Herbisida non selektif:
  • Kontak melalui daun (paraquat)
  • Translokasi melalui daun (glifosat)
  • Pemberian melalui akar (fenuron, TEA)

C. Waktu Aplikasi Herbisida
  • Pra-tanam (pre-planting), aplikasi sebelum ada tanaman.
  • Pra-tumbuh (pre-emergence), aplikasi sebelum gulma atau tanaman tumbuh.
  • Awal pasca tumbuh (early post emergence), aplikasi saat gulma berdaun 2-3 helai.
  • Pasca tumbuh (post emergence), aplikasi setelah gulma tumbuh berdaun diatas 4 helai.

VII. Pengendalian OPT

Tahapan pelaksanaan pengendalian OPT baik padi sawah maupun padi gogo sama berdasarkan pendekatan Pengendalian Hama Terpadu (PHT):
  • Identifikasi jenis dan penghitungan tingkat populasi hama dilakukan oleh petani dan atau Pengamat OPT melalui kegiatan survei dan monitoring hama-penyakit tanaman pada pagi hari.
  • Menentukan tingkat kerusakan hama. Tingkat kerusakan dihitung secara ekonomi yaitu besar tingkat kerugian atau tingkat ambang tindakan. Tingkat ambang tindakan identik dengan ambang ekonomi, lebih sering digunakan sebagai dasar penentuan teknik pengendalian hama dan penyakit.
  • Taktik dan teknik pengendalian:
1)  Mengusahakan tanaman sehat
2)  Pengendalian hayati
3)  Penggunaan varietas tahan
4)  Mekanik
5)  Fisik
6)  Senyawa semi-kimia (hormon)
7)  Pestisida
  • Jenis-jenis hama padi utama yaitu tikus sawah, wereng coklat, penggerek batang padi, dan keong mas.
  • Jenis-jenis penyakit padi utama yaitu bercak, blas, busuk pelepah, tungro, hawar daun.

VIII. Panen

  1. Panen harus memperhatikan umur tanaman padi dan cara pemanenan serta tinggi pemotongan tanaman
  2. Waktu panen yang tepat dapat didasarkan pada beberapa pedoman, diantaranya (1) Umur varietas yang tercantum di dalam deskripsi varietas, (2) Kadar air 21-26%, (3) Pada saat 30-35 hari setelah berbunga, dan (4) Kenampakan malai 90-95% gabah telah berwarna kuning.
  3. Panen terlalu awal menyebabkan gabah hampa, gabah hijau, dan butir kapur lebih banyak.
  4. Panen terlalu lambat menimbulkan kehilangan hasil karena banyak gabah yang rontok pada saat di lapangan. Selain itu dalam proses penggilingan jumlah gabah yang patah akan meningkat.



Sumber: Litbang & Buku PTT Padi Sawah dan sumber lainnya

POSTINGAN GROUP KPP-INDONESIA

Mohon pencerahanya saudara tani .gmn cara mengatasi padiku ini.padi sudah keluar melai semua dan sudah mulai berisi apakah masih boleh seprot

Komentar
Imam Baidlowi Maaf hanya berbagi, sepertinya kena neckblast/potong leher.
Giono Oke sprt terkena beluk iya mas?
Giono Oke sprt sdh byk..klo msh sedikit beluk di cegah dg obat prevaton dan plenum,, spy beluk tdk byk...maaf klo jwbnn sy kurg pas soalnya msh awam.
Winanto Hidroponik Paser Yang dah putih seperti itu sudah tinggal cabut aje...batang tangkai buah dah putus... dan hama beluk jika sudah begini dah gak bisa di apa apain... yakin saja yng tidak terkena akan selamat.
Kangmadjas Amiin makasih brow doanya
Entonk Nh Sundel....eh....sundep,punya saya jg kena mas,tapi yakin ajah rezki tidak akan pernah tertukar,semoga bisa panen,amin
Kasirin Karyo Itu terkena patah leher. Paling perlu lokalisir u mencegah kerugian yang lebih besar. Musim tanam berikut dicegah atau imunisasi saat padi umur 28, 35, 42 dg Blast 200 SC 50 ml per tangki

MENGENAL KARAKTERISTIK VARIETAS UNGGUL PADI SAWAH

MENGENAL KARAKTERISTIK VARIETAS UNGGUL PADI SAWAH PDF Cetak E-mail
Oleh Feriadi, SP
Varietas unggul merupakan salah satu teknologi yang berperan penting dalam peningkatan produksi pertanian. Kontribusi nyata varietas unggul terhadap peningkatan produksi padi nasional antara lain tercermin dari pencapaian swasembada beras pada tahun 1984 dan 2007. Hal ini terkait dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh varietas unggul padi, antara lain berdaya hasil tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit  utama, umur genjah, dan rasa nasi enak.
Ditengah makin beratnya tantangan yang dihadapi dalam usaha tani, Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan sejumlah varietas padi unggul baru, teknologi produksi, dan benih sumber varietas unggul padi.Varietas unggul padi sawah tersebut masing-masing dilepas dengan nama Inpari 2 Batipuah, Inpari 22, Inpari 23 Bantul, Inpari 24 Gabusan, Inpari 25 Opak Jaya, Inpari 26, Inpari 27, Inpari 28 Kerinci, Inpari 29 Rendaman, Inpari 30 Ciherang- Sub1 dengan potensi hasil 7,7 – 9,6 ton/ha, dan Inpari 34 Salin Agritan yang toleran pada lahan salin (kadar garam tinggi) dengan potensi hasil 8,1 ton/ha.
Pengertian dan Karakteristik Benih dan Varietas Unggul Padi Sawah
Benih dan varietas unggul padi sawah merupakan galur hasil  pemuliaan yang mempunyai salah satu atau lebih keunggulan khusus seperti potensi hasil  tinggi, tahan terhadap hama penyakit dan toleran terhadap cekaman lingkungan, mutu produk, dan atau sifat-sifat lainnya. Varietas unggul salah komponen teknologi yang  penting  untuk meningkatkan produksi  dan pendapatan usaha  tani padi. Berbagai varietas unggul telah tersedia dan dapat dipilih sesuai dengan kondisi wilayah, preferensi petani, dan keinginan pasar.

Jenis dan karakteristik dari varietas unggul meliputi :
-          Varietas Unggul Baru (VUB)
Kelompok tanaman  padi yang memiliki  karakteristi  umur kisaran 100-135 HSS (hari setelah sebar), anakan banyak (>20 tunas/rumpun), bermalai agak lebat (±150 gabah/malai).
-          Varietas Unggul Tipe Baru (VUTB)
Kelompok tanaman padi yang  memiliki  karakteristik postur  tanaman tegap, berdaun lebar dan berwarna hijau tua, beranak sedikit (<15 tunas/rumpun), berumur 100-135 HSS, bermalai lebat (±250 gabah/malai), berpotensi hasil lebih dari 8 ton GKG/ha.
-          Varietas Unggul Hibrida (VUH)
Kelompok tanaman padi  yang terbentuk dari individu-individu generasi  pertama (F1).Berasal dari kombinasi persilangan dari 2 varietas padi yang memiliki  karakteristik potensi hasil  lebih tinggi dari varietas unggulan inbrida.

Manfaat Benih Unggul Berlabel
Varietas unggul memberikan manfaat teknis dan ekonomis yang  banyak bagi
perkembangan suatu usaha pertanian, diantaranya pertumbuhan tanaman menjadi seragam sehingga  panen menjadi  serempak, rendemen lebih tinggi, mutu  hasil  lebih tinggi dan sesuai dengan selera  konsumen, dan tanaman akan mempunyai ketahanan yang  tinggi terhadap gangguan  hama  dan penyakit  dan  beradaptasi yang  tinggi terhadap lingkungan sehingga dapat memperkecil penggunaan input seperti pupuk dan pestisida.
Produktivitas varietas sangat bergantung  pada  genotype  (komposisi gen  yang dimiliki varietas) dan kondisi lingkungan tumbuh (interaksi genotype dengan lingkungan). Faktor-faktor  lingkungan yang  sangat berpengaruh terhadap  penampilan varietas antara lain kesuburan fisik dan kimiawi tanah, iklim, keberadaan hama dan penyakit, teknik budidaya yang digunakan.
Mutu benih meliputi : mutu genetic, mutu fisik, dan mutu fisiologis. Ciri-ciri benih.
bermutu yaitu:
-     Varietasnya asli
-     Benih bernas dan seragam
-     Bersih, tidak tercampur dengan biji gulma atau biji tanaman lain
-    Daya  berkecambah dan vigor  tinggi sehingga  dapat tumbuh baik jika ditanam
di sawah
-     Sehat, tidak terinfeksi oleh jamur atau serangan hama.

Benih berlabel  merupakan benih yang  sudah  lulus proses sertifikasi yang
merupakan salah satu bentuk jaminan mutu benih. Keuntungan menggunakan benih bermutu tinggi meliputi :
a.   Benih tumbuh dengan tepat dan serempak.
b.   Bila disemaikan, mampu menghasilkan bibit yang tegar dan sehat
c.  Ketika ditanam, bibit dapat tumbuh lebih cepat
d.  Pertanaman lebih serempak dan populasi tanaman optimum, sehingga mendapatkan
hasil yang tingi.

Kategori Benih Unggul Berlabel
Kelas benih dalam sistem sertifikasi meliputi :
-     Benih Penjenis/Bredeer seed (BS)
-     Benih Dasar/Foundation seed (FS)
-     Benih Pokok/Stock seed(SS)
-     Benih Sebar/Extention seed (ES)

Benih penjenis (BS) yaitu benih yang terdapat pada urutan pertama pada kelas benih dalam sistim sertifikasi, benih penjenis(BS) ditandai dengan pemberian label warna kuning. Benih ini langsung terdapat pada pemulia tanaman. Kemudian turunan dari benih penjenis(BS) adalah benih dasar(FS), benih dasar adalah benih yang di perbanyak oleh balai benih induk (BBI), benih ini ditandai dengan pemberian label warna putih.kemudian turunan dari benih dasar (FS) adalah benih pokok (SS). Benih pokok (SS) yaitu benih turunan ke tiga dari kelas benih dalam sistem sertifikasi benih yang di tandai dengan pemberian label warna ungu,  benih ini di perbanyak oleh penangkar-penangkar benih untuk di turunkan menjadi benih sebar (ES). Benih yang di jual di pasaran atau yang di gunakan petani adalah benih sebar (ES).  Benih sebar adalah benih turunan ke empat dari kelas benih atau benih turunan terahir, benih ini di tandai dengan pemberian lebel warna biru, dan benih ini hanya bisa dilakukan satukali penanaman.
Sertifikasi Benih
Sertifikasi benih adalah serangkaian pemeriksaan terhadap calon benih yang dimulai sejak dipertanaman sampai pengujian mutu di laboratorium dengan tujuan untuk menjamin kemurnian genetik, mutu fisik, dan mutu fisiologis benih sehingga dapat memenuhi standar mutu benih yang ditetapkan dan layak untuk disebarluaskan.
Sertifikasi dapat dilakukan oleh pemerintah maupun LSSM (Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu) Perbenihan. LSSM adalah suatu lembaga yang diberi wewenang untuk memberikan sertifikasi sistem mutu pada industri /perusahaan benih yang akan menerapkan sistem manajemen mutu terhadap proses produksinya.
Lembaga sertifikasi benih pemerintah adalah BPSMB (Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih) yang terdapat di setiap provinsi bertugas melakukan penilaian terhadap varietas sertifikasi benih, dan pengawasan mutu terhadap benih yang telah beredar di pasaran. Sertifikasi varietas dilakukan pada setiap tingkatan kelas benih, dari benih dasar (FS/BD) – benih pokok (SS/BP) – Benih Sebar (ES/BR) dengan menggunakan standar mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah menurut jenis tanaman dan kelas masing-masing.
Tabel 1. Standar mutu benih padi berdasarkan kelas benih.

Kelas Benih
Kadar air maks (%)
Benih murni min(%)
Kotoran benih maks (%)
Benih var. Lain maks (%)
Benih tan.lain & biji gulma (%)
Daya tumbuh min (%)
Benih Dasar (BD)
Benih Pokok (BP)
Benih Sebar (BR)
Benih Hibrida (F1)
13,0
13,0
13,0
13,0
99.0
99.0
98.0
98.0
1,0
1,0
2,0
2,0
0,0
0,1
0,2
-
0,0
0,1
0,2
-
80.0
80.0
80.0
80.0
Sumber : Pedoman Umum Produksi Benih Sumber Padi, 2010.


Ditulis oleh        : Feriadi, S.P. (Penyuluh Pertanian Pertama BPTP Kep. Babel)
Sumber Materi   : Anonim. 2011. Petunjuk Teknis Demfarm Pengelolaan Tanaman Terpadu
Padi Sawah. BPTP.Kep Bangka Belitung.
Anonim. 2013. Laporan Tahunan 2012 Inovasi Teknologi Menuju Pertanian
Berkelanjutan. IAARD Press, Jakarta.
J.R Hidajat, Sri W, M. Yamin.S, dan H. Sembiring. 2010. Pedoman Umum
Produksi Benih Sumber Padi.

Harga Gabah Anjlok di Bawah HPP


Harga Gabah Anjlok di Bawah HPP

( Pendiri KPP-INDONESIA)
Menyusul panen padi di berbagai daerah, harga gabah jatuh hingga jauh di bawah harga pembelian pemerintah (HPP). Menteri Pertanian Amran Sulaiman menemukan rendahnya harga gabah di tingkat petani ketika melakukan kunjungan kerja di beberapa wilayah di Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur. Harga gabah di Sleman Rp 3.400 per kg gabah kering panen (GKP), di Ngawi harganya Rp 3.200 per kg GKP dan di Sragen harga gabahnya Rp 3.400 per kg GKP. HPP untuk GKP sebesar Rp 3.700 per kg.
Sebelumnya Menteri Pertanian melakukan panen raya serempak di 7 provinsi meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan (29/2). Mentan hadir di Cilacap Jawa Tengah. Pada acara itu, Mentan mengungkapkan produksi gabah pada periode panen raya Maret diperkirakan mencapai 12,8 juta ton GKG setara dengan 7,9 juta ton beras. Produksi ini diperoleh dari luas panen 2,4 juta ha. Produksi tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi beras penduduk sekitar 2,6 juta ton per bulan.
Walaupun mengalami kemunduran waktu tanam akibat dampak El-Nino dan lainnya, Kementan optimis produksi padi meningkat di awal tahun ini. Pasalnya, ada berbagai program yang telah dilakukan oleh Kementerian Pertanian dalam antisipasi kekeringan secara dini dan masif di antaranya penyaluran pompa air dan alsintan lainnya, pembangunan rehabilitasi embung, long-storage, rehabilitasi jaringan irigasi, hujan buatan dan lainnya serta gerakan percepatan tanam padi.
Pengadaan dengan pola penunjukan langsung yang sudah dimulai sejak tahun 2015 berdampak pada penyaluran benih dan pupuk tepat waktu/musim. Kebijakan bantuan benih tidak di lokasi ex-sisting berdampak pada luas tambah tanam. Perbaikan irigasi berdampak pada meningkatnya indeks pertanaman. Pengembangan pertanian modern melalui pemberian bantuan alsintan berdampak mempercepat olah tanam, waktu tanam, panen dan pasca panen serta efisiensi biaya dan mengurangi losses. Kebijakan lainnya seperti pola tanam jajar legowo dan benih unggul terbukti meningkatkan produktivitas.
Dengan semua kebijakan itu, Kementan optimis pada 2016, produksi padi akan lebih tinggi dibandingkan tahun 2015. Memasuki masa panen raya Maret- April, pasokan beras di pasar diperkirakan melimpah. Kementan mengharapkan Bulog segera menyerap gabah langsung ke petani. Hal ini perlu dilakukan guna mencegah harga gabah petani anjlok. Pemerintah telah menetapkan HPP gabah kering panen (GKP) Rp 3.700/kg. Untuk itu pemerintah harus menjamin harga gabah/beras tidak turun pada saat musim panen.
Menurunnya harga beras menjadi pertanda bahwa suplai beras berlimpah di pasaran. Harga beras minggu pertama Februari Rp 13.344 per kg dan pada minggu kedua turun menjadi Rp 7.500 - 10.000 per kg.
Para petani yang tergabung dalam Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) tidak tinggal diam. Mereka menggerakkan Satuan Kerja KTNA Bulog dengan melakukan pertemuan-pertemuan lapangan untuk membantu Bulog menyerap gabah petani. Para ketua KTNA wilayah dikumpulkan dan duduk bersama dengan Kepala Sub Divre Bulog untuk menyerap gabah petani.
Pemerintah perlu membantu Bulog untuk menyerap gabah petani sebesar-besarnya bila perusahaan milik pemerintah ini kesulitan dalam pendanaannya. Bila Bulog mampu membeli gabah petani secara langsung, diprosesnya menjadi beras dan dijual langsung kepada konsumen, maka harga beras di tingkat konsumen akan jauh lebih murah, karena rantai distribusinya bisa diperpendek.

Sumber : Tabloid Sinar Tani edisi Selasa, 08 Maret 2016

Lima jenis hama dan penyakit utama tanaman padi sawah

Lima jenis hama dan penyakit utama tanaman padi sawah
 Oleh :Tonny Purba

(1). Tikus

Tikus merusak tanaman padi pada semua tingkat pertumbuhan, dari semai hingga panen, bahkan di gudang penyimpanan. Kerusakan parah terjadi jika tikus menyerang padi pada fase generatif, karena tanaman sudah tidak mampu membentuk anakan baru. Tikus merusak tanaman padi mulai dari tengah petak, kemudian meluas ke arah pinggir. Tikus menyerang padi pada malam hari. Pada siang hari, tikus bersembunyi di dalam lubang pada tanggul-tanggul irigasi, jalan sawah, pematang, dan daerah perkampungan dekat sawah. 

(2). Keong mas

Keong mas diperkenalkan ke Asia pada tahun 1980an dari Amerika Selatan sebagai makanan potensial bagi manusia. Namun kemudian keong mas menjadi hama utama padi yang menyebar ke Filipina, Kamboja, Thailand, Vietnam, dan Indonesia. Keong mas memakan tanaman padi muda serta dapat menghancurkan tanaman pada saat pertumbuhan awal.

(3). Penggerek Batang

Penggerek batang adalah hama yang ulatnya hidup dalam batang padi. Hama ini berubah menjadi ngengat berwarna kuning atau coklat; biasanya 1 larva berada dalam 1 anakan. Ngengat aktif di malam hari. Larva betina menaruh 3 massa telur sepanjang 7-10 hari masa hidupnya sebagai serangga dewasa. Massa telur penggerek batang kuning berbentuk cakram dan ditutupi oleh bulu-bulu berwarna coklat terang dari abdomen betina. Setiap massa telur mengandung sekitar 100 telur.

(4). Tungro

Tungro adalah penyakit virus pada padi yang biasanya terjadi pada fase pertumbuhan vegetatif dan menyebabkan tanaman tumbuh kerdil dan berkurangnya jumlah anakan. Pelepah dan helaian daun memendek dan daun yang terserang berwarna kuning sampai kuning-oranye. Daun muda sering berlurik atau strip berwarna hijau pucat sampai putih dengan panjang berbeda sejajar dengan tulang daun. Gejala mulai dari ujung daun yang lebih tua. Daun menguning berkurang bila daun yang lebih tua terinfeksi. Dua spesies wereng hijau Nephotettix malayanus dan N.virescens adalah serangga yang menyebarkan (vektor) virus tungro.

(5). Hawar Bakteri

Hawar Bakteri merupakan penyakit yang dapat menginfeksi bibit dan tanaman tua. Bila Hawar Bakteri terjadi pada tanaman muda disebut kresek dan bila terjadi pada tanaman tua disebut hawar daun. Tanaman yang terinfeksi kehilangan areal daun dan menghasilkan gabah yang lebih sedikit dan hampa. Pada pembibitan, daun yang terinfeksi berubah hijau keabu-abuan menggulung dan akhirnya mati.

Sumber : Komunitas Petani Padi Indonesia

Tonny Purba : Sudah saatnya petani padi saat ini mulai belajar sales dan distribusi


Oleh : Tonny Purba

(Admin KPP-INDONESIA)

Salam tani kepada seluruh member di Komunitas Petani Padi Indonesia
Sudah saatnya petani padi saat ini mulai belajar sales dan distribusi :
~ Menjemur GKP menjadi GKG tentu harganya lebih tinggi
~ Jika ada petani yang mampu menggiling GKG menjadi beras, saya bersama rekan saya siap membeli beras hasil gilingan petani padi yang ada di wilayah Bekasi, Cilengsi dan Bogor.
Siap membeli beras petani dengan harga :
~ premium : 12.000/kg
~ super : 10.000/kg
~ medium 1 : 9.600/kg
~ medium 2 : 9.200/kg
~ medium 3 : 8.800/kg
~ asalan : 8.200 - 8.400/kg


Harga sewaktu-waktu bisa berubah
Bisa inbox fb saya ata tlpn/sms ke 081286837789 agar petani padi bisa mendapatkan harga jauh lebih tinggi, sukses...

PERAN DAN FUNGSI KELOMPOK TANI (KELTAN/POKTAN)


PERAN DAN FUNGSI KELOMPOK TANI (KELTAN/POKTAN)
Pengertian Kelompoktani
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.273/Kpts/OT.160/4/2007, kelompoktani adalah kumpulan petani/peternak/ pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi, lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.
Menurut Purwanto (2007), kelompoktani adalah kumpulan petani-nelayan yang didasarkan atas kesamaan, keserasian satu lingkungan sosial budaya untuk mencapai tujuan yang sama, dengan demikian kelompoktani mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1)Beranggotakan petani-nelayan;
2)Hubungan antara anggota erat;
3)Mempunyai pandangan, kepentingan yang sama dalam mengelolah usahataninya;
4)Mempunyai kesamaan jenis komoditas usaha;
5)Usahatani yang diusahakan merupakan sebuah ikatan fungsional/bisnis;
6)Mempunyai tujuan yang sama.
Ciri-ciri Kelompoktani
Ciri-ciri kelompoktani yakni: a) saling mengenal, akrab dan saling percaya diantara sesama anggota; b) mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam usahatani; c) memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau pemukiman, hamparan usaha, jenis usaha, status ekonomi maupun sosial, bahasa, pendidikan dan ekologi; dan d) ada pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota berdasarkan kesepakatan bersama.
Adapun unsur pengikat kelompoktani adalah sebagai berikut:
1)Adanya kepentingan yang sama diantara para anggotanya;
2)Adanya kawasan usahatani yang menjadi tanggung jawab bersama diantara para anggotanya;
3)Adanya kader tani yang berdedikasi untuk menggerakkan para petani dan kepemimpinannya diterima oleh sesama petani lainnya;
4)Adanya kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh sekurang-kurangnya sebagian besar anggotanya; dan
5)Adanya dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat untuk menunjang program yang telah ditentukan.
Fungsi Kelompoktani
Pembinaan kelompoktani-nelayan diarahkan untuk memberdayakan petani nelayan agar memiliki kekuatan mandiri, yang mampu menerapkan inovasi (teknis, sosial dan ekonomi), mampu memanfaatkan azas skala ekonomi dan mampu menghadapi resiko usaha, sehingga memperoleh tingkat pendapatan dan kesejahteraan yang layak, untuk itu pembinaan diarahkan agar kelompoktani dapat berfungsi sebagai kelas belajar mengajar, sebagai unit produksi, serta sebagai wahana kerjasama menuju kelompoktani sebagai kelompok usaha (Pusluhtan, 2002).
a.Kelas belajar: Kelompoktani merupakan wadah belajar mengajar bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS) serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan yang lebih sejahtera.
b.Wahana kerjasama: Kelompoktani merupakan tempat untuk memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompoktani dan antar kelompoktani serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usaha lainnya akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan.
c.Unit produksi: Usahatani yang dilakukan oleh masing-masing anggota kelompoktani, secara keseluruhan harus dipandang sebagai suatu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.
Klasifikasi Kelompoktani
Pusluhtan (1996), menjelaskan bahwa klasifikasi kelompoktani-nelayan ditetapkan berdasarkan nilai yang dicapai oleh masing-masing kelompok dari hasil evaluasi dengan menggunakan lima jurus kemampuan kelompok.
Menurut BPSDMP (1996), bahwa kelas kemampuan kelompoktani-nelayan ditetapkan berdasarkan nilai yang dicapai oleh masing-masing kelompok untuk lima tolak ukur/jurus kemampuan kelompok, yakni dengan kriteria nilai 0 sampai dengan 1000.
Berdasarkan nilai tingkat kemampuan tersebut, masing-masing kelompoktani-nelayan ditetapkan kelasnya dengan ketentuan sebagai berikut:
a.Kelas Pemula, merupakan kelas terbawah dan terendah dengan mempunyai nilai 0 sampai dengan 250.
b.Kelas Lanjut, merupakan kelas yang lebih tinggi dari kelas pemula dimana kelompoktani-nelayan sudah melakukan kegiatan perencanaan meskipun masih terbatas, dengan mempunyai nilai 251 sampai dengan 500.
c.Kelas Madya, merupakan kelas berikutnya setelah kelas lanjut dimana kemampuan kelompoktani-nelayan lebih tingggi dari kelas lanjut yaitu dengan nilai 501 sampai dengan 750.
d.Kelas Utama, merupakan kelas kemampuan kelompok yang tertinggi, dimana kelompoktani-nelayan sudah berjalan dengan sendirinya atas dasar prakarsa dan swadaya sendiri. Nilai kemampuan diatas 750.
Berdasarkan SK Menteri Pertanian No.41/Kpts.OT.210/1/1992, tentang pedoman pembinaan kelompoktani-nelayan, maka pengakuan terhadap kemampuan kelompok diatur sebagai berikut:
a.Kelas Pemula, dengan piagam yang ditandatangani oleh Kepala Desa.
b.Kelas Lanjut, dengan piagam yang ditandatangani oleh Camat.
c.Kelas Madya, dengan piagam yang ditandatangani oleh Bupati/Walikota.
d.Kelas Utama, dengan piagam yang ditandatangani oleh Gubernur.
Pembinaan dan Pemberdayaan
Pembinaan kelompoktani diarahkan untuk memberdayakan petani agar memiliki kekuatan mandiri, yang mampu menerapkan inovasi (teknis, sosial dan ekonomi), mampu memanfaatkan azas skala ekonomi dan mampu menghadapi resiko usaha, sehingga mampu memperoleh tingkat pendapatan dan kesejahteraan yang layak.
Untuk mencapai hal tersebut, penyuluhan pertanian dilakukan melalui pendekatan kelompok, membina terjalinnya kerjasama individu petani dalam proses belajar-mengajar untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, proses produksi untuk mencapai skala ekonomi, serta proses kerjasama melalui pembinaan hubungan melembaga dengan Koperasi Unit Desa (KUD) dan kerjasama dengan pelaku ekonomi lainnya (swasta dan BUMN) untuk pengelolaan usahatani mulai dari pengadaan sarana, kegiatan budidaya, pengolahan dan pemasaran hasil, dan selanjutnya kelompok dapat meningkatkan kerajasama sebagai kelompok usaha sehingga akan meningkatkan kemampuan petani untuk meningkatkan produktivitas pendapatan dan kesejahteraannya (Pusluhtan, 1996).
Di samping itu, sesama petani yang sudah maju dapat membentuk asosiasi satu komoditas atau kombinasi komoditas pertanian dengan menciptakan kerjasama profesional dikalangan produsen komoditas pertanian dalam mencapai tujuan komersial.
Untuk meningkatkan peranan petani dalam pembangunan pertanian, khususnya dalam memecahkan berbagai masalah pembangunan di wilayahnya, menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah, maka dipilih kontaktani-nelayan yang handal di setiap desa sebagai Kontaktani-nelayan Andalan (KTNA), yang selanjutnya membentuk Kelompok KTNA pada tingkat kecamatan, kabupaten/ kota, provinsi dan nasional. Dengan demikian, petani-nelayan akan turut berperan dalam pembangunan di wilayahnya maupun pembangunan nasional, khususnya dalam sektor pertanian.
Pembinaan dan pengembangan kelembagaan petani-nelayan diharapkan semakin mengembangkan kemandirian dan kemampuan kelompok, sehingga para penyuluh pertanian dan instansi terkait dapat menyusun program pembinaan yang terarah dalam meningkatkan kemampuan kelompoktani di wilayah kerjanya.
Pusluhtan (1996), menjelaskan bahwa penilaian kelas kemampuan kelompoktani dilaksanakan berdasarkan lima jurus kemampuan kelompok, yang selanjutnya dinilai dengan menggunakan indikator-indikator tertentu, yaitu:
a.Kemampuan merencanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas usahatani (termasuk pasca panen dan analisis usahatani) para anggotanya, dengan penerapan rekomendasi yang tepat dan memanfaatkan sumberdaya alam secara optimal, Indikator:
§ Kemampuan merencanakan pemanfaatan SDA yang tersedia;
§ Kemampuan merencanakan usaha kelompok guna mencapai skala usaha;
§ Kemampuan merencanakan pelaksanaan rekomendasi teknologi;
§ Kemampuan merencanakan pengadaan sarana produksi;
§ Kemampuan merencanakan pengadaan atau pengembalian kredit;
§ Kemampuan merencanakan pengolahan dan pemasaran hasil;
§ Kemampuan merencanakan kegiatan dalam meningkatkan PSK; dan
§ Kemampuan melakukan analisis usahatani.
b.Kemampuan melaksanakan dan mentaati perjanjian dengan pihak lain, Indikator :
§ Kemampuan memperoleh kemitraan usaha yang menguntungkan bagi usahatani kelompok;
§ Mampu membuat perjanjian kerjasama dengan mitra usaha/pihak lain;
§ Mampu memperoleh hak kelompok sesuai perjanjian dengan pihak lain;
§ Kemampuan melaksanakan kewajiban kelompok sesuai perjanjian dengan pihak lain;
§ Mampu saling memberi informasi dalam kerjasama dengan pihak lain;
§ Kemampuan menerapkan 5 tepat (kualitas, kuantitas, harga, waktu dan tempat) dalam kerjasama dengan pihak lain; dan
§ Kemampuan mentaati peraturan/perundangan yang berlaku.
c.Kemampuan pemupukan modal dan pemanfaatan pendapatan secara rasional, Indikator :
§ Kemampuan memupuk modal, baik dari tabungan anggota, penyisihan hasil usaha, simpan pinjam maupun pendapatan dari usaha kelompok;
§ Kemampuan mengembangkan modal usaha di bidang produksi, pengolahan hasil dan atau pemasaran untuk mencapai skala ekonomi;
§ Kemampuan memanfaatkan pendapatan secara produktif;
§ Kemampuan mengadakan dan mengembangkan fasilitas atau sarana kerja;
§ Kemampuan mendapatkan dan mengembalikan kredit dari Bank atau pihak lain.
d.Kemampuan meningkatkan hubungan yang melembaga antar kelompoktani-nelayan dengan KUD, Indikator:
§ Kemampuan mendorong anggotanya menjadi anggota koperasi/KUD;
§ Kemampuan meningkatkan pengetahuan perkoperasian bagi anggota;
§ Kemampuan memperjuangkan anggotanya menjadi pengurus koperasi;
§ Kemampuan memanfaatkan pelayanan yang disediakan koperasi/KUD;
§ Kemampuan meningkatkan kegiatan kelompok menjadi salah satu kegiatan utama koperasi/KUD;
§ Kemampuan menjadikan kelompok sebagai Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) atau Unit Usaha Otonom (UUO) koperasi/KUD;
§ Kemampuan menjadikan koperasi/KUD sebagai penyedia sarana, pelaksana pengolahan atau pemasaran hasil;
§ Kemampuan untuk menabung dan memperoleh pinjaman/kredit dari koperasi/KUD; dan
§ Kemampuan untuk berperan serta memajukan koperasi/KUD.
e.Kemampuan menerapkan teknologi dan pemanfaatan informasi serta kerjasama kelompok yang dicerminkan oleh tingkat produktivitas dari usahatani para anggota kelompok, Indikator:
§ Kemampuan secara teratur dan terus menerus mencari, menyampaikan, meneruskan dan memanfaatkan informasi;
§ Kemampuan melaksanakan kerjasama antar anggota dalam pelaksanaan seluruh rencana kelompok;
§ Kemampuan melakukan pencatatan dan evaluasi untuk peningkatan usahatani;
§ Kemampuan meningkatkan kelestarian lingkungan;
§ Kemampuan mengembangkan kader kepemimpinan dan keahlian dari anggota kelompok;
§ Tingkat produktivitas usahatani seluruh anggota kelompok (dibandingkan dengan rata-rata produktivitas komoditas sejenis di daerah yang bersangkutan);
§ Tingkat pendapatan usahatani seluruh anggota kelompok (dibandingkan dengan rata-rata daerah yang bersangkutan untuk satuan tertentu); dan
§ Tingkat kesejahteraan petani seluruh anggota kelompok (komposisi jumlah keluarga prasejahtera, sejahtera I, II dan III dibandingkan dengan rata-rata daerah yang bersangkutan.
Dinamika Kelompoktani
Menurut Purwanto (2007), dinamika kelompoktani adalah seluruh aktivitas dari kekuatan interen dan eksteren secara interaktif dari seluruh anggota kelompok. Sedangkan kelompok dikatakan dinamis apabila semua unsur yang ada dalam kelompok berinteraksi dan berperan sesuai fungsinya,
Selanjutnya untuk mengukur kedinamisan dalam suatu kelompok dapat dilihat dari segi:
1)pertemuan kelompok;
2)produksi usahatani meningkat;
3)adanya rencana kerja;
4)pengurus aktif (berfungsi);
5)norma kelompok ditaati;
6)adanya tabungan;
7)pendapatan dan Kesejahteraan.
Oleh: Sukriah, SP (PPL BPP Model Sereang)
Kec. Maritengngae, Kab. Sidrap

Sumber : Blog BPKP SIDRAP