Selasa, 12 April 2016

Pembibitan Padi Sistem Modern dan Hemat Lahan

PEMBIBITAN PADI CARA MODERN HEMAT AIR DAN LAHAN

Beras sebagai bahan pangan pokok sebagian besar penduduk Indonesia merupakan unsur penting dalam sistem ketahanan pangan nasional. Untuk hal tersebut usahatani padi masih merupakan tulang punggung ekonomi Indonesia teruatama di pedesaan.
Salah satu tahap dalam kegiatan budidaya padi sawah adalah penanaman bibit. Kegiatan ini memerlukan sekitar 25% dari seluruh kebutuhan tenaga kerja budidaya. Ditambahkan pula bahwa berdasarkan jadwal air ataupun musim tanam tidak dikehendaki selang waktu yang terlalu lama antara lahan yang satu dengan yang lain. Dengan kondisi demikian pengerahan tenaga tanam sangat diperlukan. Dalam hal terjadinya keterbatasan tenaga kerja, peranan alsintan dalam hal penyediaan maupun penanaman bibit sangat diperlukan.
Melihat permasalahan tersebut maka perlu adanya suatu usaha peningkatan intensifikasi pertanian dengan dukungan mekanisasi. Penanaman sebagai salah satu tahap budidaya yang banyak menyerap tenaga kerja berpeluang untuk dialihkan kearah mekanisasi. Sebagai bagian dari kegiatan tanam maka kegiatan penyediaan bibit atau persemaian juga harus dilaksanakan secara intensif.
Bertitik tolak dari kondisi di lapang dan permasalahan yang harus diatasi maka dirancang unit pembibitan padi hemat lahan. Unit pembibitan padi ini bekerja secara terintegrasi mulai dari penyediaan tanah, pupuk, benih, penaburan benih dan pemeliharaan persemaian sampai siap untuk ditanam. Unit tersebut terdiri atas mesin penggiling tanah, penyalur tanah, penakar benih dan pemeliharaan persemaian sampai siap dipindahkan ke lahan tanam.
Keunggulan sistem pembibitan ini dibanding dengan cara pembibitan konvensional adalah persemaian dapat dipelihara di lahan kering di luar areal tanam/sawah dengan penyiraman (hemat lahan/air), mengurangi resiko kegagalan karena banjir di lahan sawah, mengurangi resiko serangan hama dan penyakit, pengendalian pertumbuhan lebih mudah. Pertumbuhan bibit lebih cepat dan Dapat mengikuti jadwal air/percepatan musim tanam.
Perhitungan biaya operasional unit ini menghasilkan harga bibit yang sebanding dengan harga bibit yang ditanam secara konvensional (harga bibit siap tanam termasuk pencabutan dan pengangkutan ± Rp. 350.000/ha areal tanam).
Secara ekonomis unit pemibibitan padi hemat lahan ini membuka peluang bisnis baru dibidang penyediaan bibit bagi petani. Dengan melakukan bisnis perbibitan padi, akan diperoleh manfaat lain yaitu penghematan waktu dan lahan untuk penyiapan tanam padi yang berurutan.(tabloidsahabatpetani)

Senin, 11 April 2016

Petani Adopsi Digital, Pendapatan Bisa Naik 11%

KPP-INFONESIA,Brebes - Presiden Joko Widodo bersama Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mendorong para petani dan usaha mikro kecil menengah (UMKM) agar mengadopsi teknologi digital berbasis aplikasi.
Pengenalan teknologi aplikasi ini dilakukan dalam peluncuran Program Sinergi Aksi Untuk Ekonomi Rakyat di Sub Terminal Agribisnis (STA) di Desa Larangan, Brebes, Jawa Tengah.
"Semua aplikasi ini buatan teman-teman startup," kata Rudiantara kepada detikINET di sela kunjungannya menemani Jokowi di Brebes, Senin (11/4/2016).
Para petani dan UMKM ini sengaja mulai diperkenalkan kepada dunia teknologi agar pendapatan mereka nantinya diharapkan bisa meningkat hingga 11%.
Fakta dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa sejak tahun 2003 hingga 2013, Indonesia telah kehilangan lima juta petani.
Padahal, lanjutnya, berdasarkan riset yang dilakukan sebuah perusahaan konsultan, menyimpulkan dari studi di 26 negara di luar Eropa bahwa teknologi selular dapat meningkatkan pendapatan petani sebesar 11%.
"Ini menjadikan kami memperkenalkan sejumlah aplikasi karya anak-anak bangsa," papar menteri yang akrab disapa Chief RA itu lebih lanjut.
Program yang didorong oleh Presiden Jokowi ini bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan taraf hidup pelaku usaha di pedesaan, dengan cara memberikan kesempatan bekerja/berusaha yang layak bagi petani, peternak, dan nelayan.
Program ini dilaksanakan dibawah koordinasi Kementerian Koordinator bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian) dengan melibatkan banyak kementerian, yakni Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kementeian Koperasi dan UKM), Kementerian Pertanian (Kementan), Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo), Kementerian Perdagangan (Kemendag), Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes), serta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Salah satu yang masuk dalam program itu untuk hal pemasaran produk petani pemerintah juga akan mulai mengenalkan sistem pemasaran produk hasil pertanian dengan sistem online (e-Commerce) melalui pengembangan sarana dan prasarana IT sebagai upaya untuk memangkas rantai distribusi hasil produksi dari petani kepada konsumen.
Tujuannya adalah untuk menjaga ketersediaan komoditas pangan dan stabilitas harga sampai pada tingkat konsumen. Sinergi pemasaran ini melibatkan tiga kementerian yaitu Kementerian Kominfo, Kemendag, dan Kementerian Koperasi dan UKM.(detik.com)

Minggu, 10 April 2016

Pabrik Pupuk Ilegal

Beroperasi Sejak 2007, Pabrik Pupuk Ilegal di Sukabumi Dipasarkan ke Sumatera

KPP-INDONESIA,Jakarta - Polres Pelabuhan Tanjung Priok membongkar praktik ilegal produksi pupuk NPK palsu yang terdapat di 4 pabrik di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Empat pabrik tersebut sudah beroperasi sejak 2007 dan produknya telah beredar ke sejumlah provinsi di Sumatera.

"Sindikat ini memiliki pasar atau wilayah edar yang sangat luas yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Riau dan Aceh, dan beberapa di antaranya telah beroperasi sejak tahun 2007 dengan produksi rata-rata mencapai 10 ribu ton per bulan," ujar Kapolres Pelabuhan Tanjung Priok, AKBP Hengki Haryadi, kepada detikcom, Sabtu (9/4/2016).

Kegiatan ini memiliki dampak yang sangat merugikan bagi para petani sebagai produsen dan masyarakat Indonesia sebagai konsumen. Di samping itu, kegiatan ilegal tersebut juga mengancam ketahanan pangan Indonesia.

"Hal ini juga dapat menurunkan daya saing hasil pertanian Indonesia, sebab kualitasnya jadi buruk bahkan bisa saja para petani gagal panen karena pada pupuk tersebut tidak mengandung unsur hara," ungkapnya.

Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Priok Kompol Victor Inkiriwang mengungkap, pupuk hasil produksi sindikat ini tidak sesuai dengan standar komposisi yang ditentukan pemerintah.

"Bahan yang digunakan untuk membuat pupuk yaitu pewarna pakaian, kapur, dolomit, air dan garam," ujar Victor.

Polisi telah memeriksakan kandungan yang ada di dalam pupuk tersebut ke Pusat Laboratorium Forensik, serta memeriksakan kepada ahli-ahli seperti dari kementerian pertanian, kementerian perdagangan, kemeterian perindustrian dan yayasan lembaga konsumen Indonesia (YLKI).

"Hasil puslabfor, bahwa kandungan pada pupuk tersebut sama sekali tidak mengandung nitrat, sedangkan posfor dan kaliumnya hanya nol koma sekian persen. Jadi tidak ada memgandung unsur hara sama sekali yang dapat menyuburkan tanah," jelas Victor.

Dalam kasus ini, polisi menangkap 4 tersangka pemilik pabrik di Desa Cikembar RT 03/04 Sukabumi, yakni ES (54). Ia sudah beroperasi sejak tahun 2007 dengan wilayah peredaran yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sumatera Utara.

Sementara tersangka S (42), pemilik pabrik pupuk di Jalan Jampang Tengah, Kampung Ciembe, Desa Padabeunghar Kecamtan Bojonglopang, Kabupaten Sukabumi yang beroperasi sejak 2014 dan mengedarkan produksinya ke Riau dan Sumatera Utara. Tersangka MH (39), pemilik pabrik di Jl Pelabuhan II Km 13 Kampung Cibodas, Desa Kertaraharja Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Pabrik tersebut sudah memproduksi pupuk sejak tahun 2016 dengan wilayah peredaran Sumatera Utara 

Selanjutnya, tersangka IS (54), pemilik pabrik di Desa Babakan Pangleseran, Cikembar, Sukabumi, Jawa Barat. Pabrik tersebut sudah memproduksi pupuk sejak tahun 2014 dengan wilayah peredaran Sumatera Utara dan Aceh. 

Dari para pelaku ini, polisi menyita 6 kontainer berisi 136 ton pupuk ilegal, 4 unit truk trailer, 12 mesin pembuat pupuk, 41 peralatan dan perlengkapan pembuat pupuk, 10 karung dan ½ galon  bahan pembuat pupuk serta 6 buah alat percetakan yang digunakan untuk kemasan karung.

Para tersangka dijerat dengan Pasal 106 Jo Pasal 24 ayat (1) dan Pasal 113 Jo Pasal 57 ayat (2) Undang - Undang No 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, Subsidair Pasal 120 ayat (1) Jo Pasal 53 ayat (1) huruf b Undang - Undang No 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian Lebih Subsidair Pasal 62 Jo Pasal 8 Undang - Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Lebih subsidair lagi Pasal 37 ayat (1) Jo Pasal 60 Huruf f  Undang - Undang No.12 Tahun 1992 tentang Budidaya Tanaman. (detik.com)

MEMBUAT PUPUK KCL ORGANIK

PROSES PEMBUATAN PUPUK KCL DARI SABUT KELAPA
Oleh : Tonny Purba *)

Salam Tani
Saat ini harga pupuk KCL sangatlah mahal, hampir 500 ribu rupiah per satu zak. Petani jangan pesimis, artinya Alam sudah memberikan sumber pupuk KCL organik, hanya saja petani saat ini belum mau belajar atau belum tau caranya.
Cara membuat KCL organik dalam bentuk POC, fungsinya buat tanaman relatif sama seperti fungsi pupuk kimia KCL, hanya saja karena dari organik kandungan KCL nya tidak sebagus seperti pupuk Kimia KCL, tapi dengan aplikasi berulang-ulang tentu bisa didapatkan hasil beras yang bernas dan berkwalitas
Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat KCL organik:
a. Sabut kelapa 25 Kg atau lebih
b. Air 40 liter
c. Drum 1 buah
Cara pembuatan:
~ Pertama-tama bersihkan sabut kelapa dari kulit luarnya. Kemudian serat sabut kelapa yang telah dibersihkan dimasukkan ke dalam drum bekas.
~ Isi drum dengan air sampai terisi penuh
~ Tutuplah drum rapat-rapat.
~ Biarkan drum dalam keadaan tertutup selama 2 minggu.
~ Bila air berubah menjadi hitam kandungan KCl dalam sabut kelapa sudah larut. Air tersebut bisa langsung digunakan sebagai pupuk tanaman.
Cara aplikasinya :
~ Ambilah air dalam drum gunakan siramkan pada tanaman.
~ Penyiraman pada tanaman bisa dilakukan berkali-kali tergantung kebutuhan.
~ Setelah air diambil semuanya sabut kelapa tersebut masih bisa diberi air dan dengan perlakuan sama dan digunakan sebagai pupuk lagi. Bila warna air sudah jernih sabut kelapa harus diganti dengan yang baru.
Selamat mencoba, tidak ada istilah harga Pupuk KCL mahal, selama petani mau belajar, amin..

*) Penulis salah satu pengurus KPP INDONESIA Perwakilan Pulau Jawa

Rabu, 06 April 2016

Produktivitas Tinggi Padi Gogo Pacitan

Produktivitas Tinggi Padi Gogo Pacitan
↓
KPP-INDONESIA,JAWA TIMUR,
Pacitan -- Jawa Timur khususnya Kabupaten Pacitan diharapkan menjadi inspirasi dan model pengembangan produktivitas padi untuk lahan kering (padi gogo) di Indonesia. "Keberhasilan penerapan inovasi padi gogo di Pacitan dapat direplikasi untuk seluruh Indonesia," demikian disampaikan Kepala Badan Litbang Kementan, Muhammad Syakir, pada acara Gelar Teknologi yang dilaksanakan di Desa Ngadirejan, Kecamatan Pringkukuh, Pacitan, Selasa (29/03).
"Padi Gogo secara rata-rata nasional kita bisa capai produktifitasnya maksimal 4 ton per hektar, tapi kita lihat disini, beberapa puluhan varietas di Taman Teknologi Pertanian (TTP) Pacitan ini ada yang lebih dari mencapai 6 ton per hektar, ini dapat dicontoh untuk daerah lain," jelas Kepala Badan Litbang.
Harapan yang besar terhadap pengembangan padi gogo dalam mendukung pencapaian produksi padi secara nasional dapat dilihat dari potensi yang dimiliki dari luas sawah lahan kering lebih besar dibandingkan dari luas lahan padi sawah.
Untuk Jawa Timur sendiri luas lahan keringnya mencapai 1,3 juta ha, sementara luas lahan sawahnya dibawah luas lahan keringnya yakni sebesar 1,017 juta ha.
Gelar Teknologi TTP Pacitan kali ini diisi dengan kegiatan penanaman kedelai, panen padi Gogo, peninjauan ke sarana TTP seperti kandang sapi potong, gudang pakan, dan pengolahan pangan. Selain itu, dilaksanakan pula penyerahan bantuan benih padi Gogo dan mesin pompa air kepada kelompok tani.
TTP Pacitan merupakan salah satu dari 22 Taman Sains dan Teknologi Pertanian yang dibangun oleh Kementan melalui Badan Litbang pada tahun 2015 untuk mewujudkan salah satu Nawacita Bapak Presiden Joko Widodo.
Pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, telah ditetapkan terbangunnya Taman Sains di 34 Provinsi dan Taman Teknologi di 100 Kabupaten dalam waktu 5 tahun. Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Kementerian Pertanian melalui Balitbangtan mendapat tugas untuk mengembangkan 1 Taman Sains dan Teknologi Pertanian Nasional (TSTPN), 5 Taman Sains Pertanian dan 16 Taman Teknologi Pertanian. TTP Pacitan merupakan satu dari 16 Taman Teknologi Pertanian yang dibangun di Kabupaten Pacitan yang dipusatkan di Kecamatan Pringkukuh.
Pembangunan TTP Pacitan dilakukan oleh Badan Litbang bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Pacitan dan stakeholders lainnya, khususnya dari kelompok akademisi atau Perguruan Tinggi yaitu Universitas Brawijaya Malang dan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Sarana prasarana pelatihan dan show window
inovasi pertanian yang telah disiapkan di pada TTP ini diantaranya gudang alsintan, lantai jemur, gedung transit panenan, gedung mini pabrik olahan, saung tani, bangunan preparasi pengepakan, bangunan preparasi media, screen house, shade house, ruang manajer dan penyuluh, kandang sapi, instalasi biogas dan biourin, bangunan proses kompos, penampungan
sludge , gudang prosesing pakan, biosecurity , tower air, embung dan deep well pump .
TTP Pacitan diharapkan menjadi wahana bagi para peneliti dan penyuluh tidak saja dari Balitbangtan, namun juga dari Universitas atau Perguruan Tinggi untuk penerapan teknologi di satu kawasan dalam skala luas bukan hanya skala laboratorium.
Peneliti dan Penyuluh perlu terus melakukan kajian terhadap kendala dan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat dalam meningkatkan kualitas produksi dan produktivitas usaha tani. Saat ini yang diperlukan adalah kerja nyata dan sinergi bagi semua komponen pelaksana pembangunan TTP, baik pemerintah pusat, pemda, masyarakat, lingkungan akademisi, maupun bisnis.
“TTP Pacitan adalah salah satu terminal untuk melakukan lompatan penerapan inovasi teknologi menuju kesejahteraan petani bermanfaat untuk seluruh masyarakat,” kata Kepala Badan Litbang.
Selain padi gogo, program utama TTP Pacitan mengembangkan sapi, jagung, kedelai, kacang tanah, cabai, jeruk, dan pisang yang secara berkelanjutan melalui penerapan Good Agricultural Practices (GAP).
Hadir dalam kesempatan tersebut Bupati Pacitan, Wakil Ketua Komisi IV DPR-RI, Dekan Pertanian UGM, Kadisperta Prov Jatim dan segenap unsur Muspida.(bb padi,litbang,pertanian)

Danau Toba Menjadi Harapan Keberhasilan Petani Padi Tobasa

Danau Toba Menjadi Harapan Keberhasilan Petani Padi Tobasa

KPP-INDONESIA,SUMUT.
Uluan. Penerapan pola tanam jajar legowo yang didukung pengairan sistim pompanisasi di Desa Marom, Kecamatan Uluan, Kabupaten Toba Samosir  dijadikan sebagai penerapan program upaya khusus pencapaian swasembada pangan.
Pembukaan lahan atau penambahan luas lahan pertanian di daerah itu terus dilakukan. Mengingat, lahan pertanian yang selama ini terkendala hanya dikarenakan pengairan irigasi sudah kering adalah sesuatu yang tidak dipermasalahkan karena melalui pompanisasi dapat menjadi solusi.
Luas lahan pertanian mencapai 1.800 hektare dan saat ini yang berproduksi hanya kisaran 280 hektare selebihnya menjadi lahan tidur alias tidak berproduksi dikarenakan sulitnya pengairan. Padahal hamparan persawahan berada persis di pinggir Danau Toba.
"Ibarat perkataan kami haus di bawah air terjun. Masa kekeringan melanda daerah kami sementara Danau Toba di depan mata," ujarnya diamini Kades R Butarbutar dan menyebut jumlah KK 290 dan luas lahan tidur berkisar 1.000 hektare dan siap diolah bila air tercukupi.
"Saya sampaikan instruksi Menteri Pertanian dan Presiden RI bahwa permasalahan seperti ini akan secepatnya ditanggapi, pertama pompa akan secepatnya dikirimkan sebagai alat pendukung utama, agar lahan sawah yang semula hanya satu tahun sekali, kedepan berpeluang tanam IP200-IP250, atau dua tahun lima kali tanam," ungkap Ali Jamil dalam sambutanya yang mewakili Menteri Pertanian.
Acara itu dihadiri Bupati Tobasa Darwin Siagian yang didampingi Wabup Hulman Sitorus dan sejumlah pimpinan SKPD diantaranya Jonni Hutajulu, Kepala Bapeda James Silaban, Kadis PU Beresman Simangunsong serta Sekdakab Audhi Murphy Sitorus disaksikan sejumlah DPRD daerah itu dan Kapolres AKBP Jidin Siagian, Koramil, Kasdim.
Bupati mengapresiasi perhatian Pemerintah Pusat ke daerahnya, secara khusus mendukung pembukaan lahan pertanian baru untuk mendukung sumbangsih daerahnya dalam ketahanan pangan. "Mari kita laksanakan instruksi yang sudah disampaikan Pak Dirjen, karena, seluruh yang disampaikan hanya untuk kepentingan kita yakni meningkatkan taraf hidup kita sebagai petani menjadi sejahtera.”(litbang.pertanian)

Selasa, 29 Maret 2016

Sutikno, Penemu Sembilan Varietas Padi Unggul Made In Bangorejo

Sutikno, Penemu Sembilan Varietas Padi Unggul Made In Bangorejo

kpp-indonesia.com, Apa yang dilakukan oleh Sutikno Effendi, anggota Kelompok Tani Yudomulyo, Desa Ringintelu, Kecamatan Bangorejo ini cukup luar biasa. Pria berusia 48 tahun itu berhasil menemukan sembilan macam bibit padi unggulan hasil perkawinan silang yang bisa menghasilkan panen beberapa kali lipat dibanding bibit padi konvensional.

Karya besar Sutikno ini terinspirasi oleh kualitas padi kelas impor seperti jenis hibrida yang bisa menghasilkan panen dua kali lipat dibanding bibit padi lokal, pada 2003. Dari sana, Sutikno terus berpikir keras mencari jawaban.

Sambil terus merenung, bapak tiga anak, itu terus mencoba menemukan jawaban, mengapa bibit padi dari luar negeri selalu lebih bagus dibanding bibit lokal. Padahal di sisi lain, dia yakin bahwa sebenarnya para petani di Indonesia, tidak kalah cerdas dan tidak kalah kreatif dibanding dengan para petani dari luar negeri.

Pada 2003, suami Yurmaini itu akhirnya mulai menemukan jawabannya. Saat itu, dia berpikir bahwa tanaman holtikultura atau sayur mayur bisa berproduksi secara berlipat ketika dikawinkan secara silang. ''Contohnya kacang panjang, kalau dikawinkan silang maka menghasilkan buah yang bagus. Begitu juga dengan holtikultura lainnya," tutur sarjana pendidikan tersebut.

Berawal dari pemikiran tersebut, Sutikno mencoba menyamakan praktik kawin silang tanaman holtikultura itu dengan tanaman padi. Awalnya, dia mencoba mengawinkan bibit tanaman padi lokal, yaitu jenis IR dan Ceheran.

Ternyata luar biasa, percobaan tersebut bisa menghasilkan panen padi berlipat dibanding pada umumnya. Bibit padi hasil perkawinan silang tersebut ternyata memiliki banyak keunggulan. Satu malai (baca: tangkai) anaman bisa menghasilkan 450 sampai 700 butir padi. Padahal biasanya, satu malai padi hanya bisa menghasilkan 170 sampai 200 butir padi.

Bukan hanya itu, yang cukup membanggakan, bibit hasil perkawinan silang tanaman padi tersebut, ternyata umurnya lebih cepat dibanding bibit padi pada umumnya. ''Umumnya tanaman padi berumur di atas seratus hari baru panen. Nah, bibit ini bisa di bawah seratus hari sudah panen," ujarnya.

Keunggulan lain bibit temuan Sutikno adalah tinggi batang sedang, agak besar, tidak mudah roboh walaupun diterjang angin dan hujan, dan memiliki malai lebih panjang. Selain itu, satu bibit padi bisa beranak antara 15 sampai 25 tanaman

Yang lebih menarik lagi, tanaman padi ini juga bisa menghasilkan panen berlipat-lipat dibanding bibit padi konvensional. ''Dalam satu hektare tanaman, rata-rata bisa menghasilkan 16 ton padi. Padahal umumnya, dalam satu hektar hanya 4,5 ton. Kalau hibrida bisa 8 sampai 11 ton," sebutnya.

Merasa bibit temuannya cukup unggul dan banyak bermanfaat bagi peningkatan ekonomi para petani, dalam perkembangannya, Sutikno, terus melakukan percobaan terhadap bibit padi yang lainnya.

Kali ini, dia mencoba mengawinkan bibit tanaman padi dari Cilacap dan IR 64 Prima, selain itu juga mengawinkan bibit tanaman padi dari Kalimantan Timur, dan Bengkulu. Hasilnya juga cukup mengembirakan. Kualitas dan keunggulan bibit hasil perkawinan silang tersebut, ternyata juga sama dengan padi lokal IR dan Ceheran. ''Sementara, tiga produk bibit ini yang sudah beredar dan ditanam oleh banyak petani, tepatnya mulai banyak dikenal sejak 2007" ujarnya.

Bagaimana dengan enam bibit lainnya? Dia mengakui, enam jenis bibit padi temuannya yang sementara diberi inisial STIK 205, STIK 171, STIK 191, STIK 141, STIK 131 dan STIK 121, masih dalam taraf pembenahan dan belum siap dijual kepada para petani. ''Istilahnya masih perlu pemurnian lagi," tandasnya.

Ada dua cara mengawinkan tanaman padi yang menghasilkan bibit unggul tersebut. Yakni secara paksa dan alami. Teknis perkawinan paksa dilakukan dengan cara menyinari padi dengan kaca fokus, tepatnya dua hari setelah malai tanaman padi tumbuh. ''Begitu kelopak padi membuka, putik sari bibit padi yang akan kita kawinkan langsung kita tabur," jelasnya.

Sedang cara yang kedua, yaitu mengawinkan secara alami, yaitu menunggu sampai tanaman padi membuka kelopaknya. Hal ini, biasanya terjadi antara pukul 09.00 sampai 11.00. Sehingga ketika menempuh cara kedua ini, dia harus cermat dan telaten menunggu di sawah mulai pukul 09.00 sampai 11.00. ''Begitu kelopak padi membuka, putik sari bibit yang akan kita kawinkan langsung ditabur," jelentreh Sutikno.

Sayangnya, keberhasilan Sutikno, menemukan varietas padi made in Bangorejo tersebut kurang diimbangi dengan perhatian pemerintah. Terbukti sampai saat ini, temuannya belum mendapatkan hak paten. Padahal, bibit tanaman padi tersebut, sudah banyak dimanfaatkan oleh para petani di Jawa Tengah, Sulawesi, Kalimantan, serta berbagai kota lain di Indonesia. ''Mau ngurus hak paten kok rasanya sulit banget gitu. Saya sendiri heran mengapa kok begitu sulitnya mendapatkan hak paten," kata Sutikno.

Sementara itu, anggota DPR RI asal Desa Karangdoro, Kecamatan Tegalsari, Abdullah Azwar Anas, yang ikut juga berkunjung dan berdialog dengan para petani, mengaku cukup bangga dengan penemuan bibit unggul oleh para petani. Sayangnya, temuan yang sangat luar biasa itu, kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah dan kurang banyak diketahui oleh pihak luar.
''Inilah pentingnya mengenalkan produk lokal ke daerah lain bahkan ke luar negeri. Mudah-mudahan suatu saat ada even pameran pertanian nasional dan bisa diikutsertakan. Kita siap memfasilitasi," ujarnya. (Sumber: radioglobalmediaswarafm.com)