Minggu, 13 Maret 2016

Harga Gabah Anjlok di Bawah HPP


Harga Gabah Anjlok di Bawah HPP

( Pendiri KPP-INDONESIA)
Menyusul panen padi di berbagai daerah, harga gabah jatuh hingga jauh di bawah harga pembelian pemerintah (HPP). Menteri Pertanian Amran Sulaiman menemukan rendahnya harga gabah di tingkat petani ketika melakukan kunjungan kerja di beberapa wilayah di Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur. Harga gabah di Sleman Rp 3.400 per kg gabah kering panen (GKP), di Ngawi harganya Rp 3.200 per kg GKP dan di Sragen harga gabahnya Rp 3.400 per kg GKP. HPP untuk GKP sebesar Rp 3.700 per kg.
Sebelumnya Menteri Pertanian melakukan panen raya serempak di 7 provinsi meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan (29/2). Mentan hadir di Cilacap Jawa Tengah. Pada acara itu, Mentan mengungkapkan produksi gabah pada periode panen raya Maret diperkirakan mencapai 12,8 juta ton GKG setara dengan 7,9 juta ton beras. Produksi ini diperoleh dari luas panen 2,4 juta ha. Produksi tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi beras penduduk sekitar 2,6 juta ton per bulan.
Walaupun mengalami kemunduran waktu tanam akibat dampak El-Nino dan lainnya, Kementan optimis produksi padi meningkat di awal tahun ini. Pasalnya, ada berbagai program yang telah dilakukan oleh Kementerian Pertanian dalam antisipasi kekeringan secara dini dan masif di antaranya penyaluran pompa air dan alsintan lainnya, pembangunan rehabilitasi embung, long-storage, rehabilitasi jaringan irigasi, hujan buatan dan lainnya serta gerakan percepatan tanam padi.
Pengadaan dengan pola penunjukan langsung yang sudah dimulai sejak tahun 2015 berdampak pada penyaluran benih dan pupuk tepat waktu/musim. Kebijakan bantuan benih tidak di lokasi ex-sisting berdampak pada luas tambah tanam. Perbaikan irigasi berdampak pada meningkatnya indeks pertanaman. Pengembangan pertanian modern melalui pemberian bantuan alsintan berdampak mempercepat olah tanam, waktu tanam, panen dan pasca panen serta efisiensi biaya dan mengurangi losses. Kebijakan lainnya seperti pola tanam jajar legowo dan benih unggul terbukti meningkatkan produktivitas.
Dengan semua kebijakan itu, Kementan optimis pada 2016, produksi padi akan lebih tinggi dibandingkan tahun 2015. Memasuki masa panen raya Maret- April, pasokan beras di pasar diperkirakan melimpah. Kementan mengharapkan Bulog segera menyerap gabah langsung ke petani. Hal ini perlu dilakukan guna mencegah harga gabah petani anjlok. Pemerintah telah menetapkan HPP gabah kering panen (GKP) Rp 3.700/kg. Untuk itu pemerintah harus menjamin harga gabah/beras tidak turun pada saat musim panen.
Menurunnya harga beras menjadi pertanda bahwa suplai beras berlimpah di pasaran. Harga beras minggu pertama Februari Rp 13.344 per kg dan pada minggu kedua turun menjadi Rp 7.500 - 10.000 per kg.
Para petani yang tergabung dalam Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) tidak tinggal diam. Mereka menggerakkan Satuan Kerja KTNA Bulog dengan melakukan pertemuan-pertemuan lapangan untuk membantu Bulog menyerap gabah petani. Para ketua KTNA wilayah dikumpulkan dan duduk bersama dengan Kepala Sub Divre Bulog untuk menyerap gabah petani.
Pemerintah perlu membantu Bulog untuk menyerap gabah petani sebesar-besarnya bila perusahaan milik pemerintah ini kesulitan dalam pendanaannya. Bila Bulog mampu membeli gabah petani secara langsung, diprosesnya menjadi beras dan dijual langsung kepada konsumen, maka harga beras di tingkat konsumen akan jauh lebih murah, karena rantai distribusinya bisa diperpendek.

Sumber : Tabloid Sinar Tani edisi Selasa, 08 Maret 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar