PENDAHULUAN
Potensi sub sektor pertanian Kepulauan
Bangka Belitung tergolong tinggi, mengingat ketersediaan lahan untuk
kegiatan pertanian masih cukup tersedia, termasuk dalam hal ini adalah
untuk peruntukan lahan sawah. Hal ini dapat dilihat dari pemanfaatan
lahan lahan pertanian yang belum optimal. Potensi lahan untuk subsektor
pertanian lahan basah untuk padi sawah tersedia 14.988 ha. Lahan basah
yang sudah dibuka sekitar 11.000 ha dan yang baru dimanfaatkan sekitar
8.000-an ha. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terus melakukan upaya
peningkatan produksi padi melalui peningkatan produktivitas dan
perluasan areal sawah. Perluasan areal sawah baru yang diiringi
implementasi teknologi pertanian dapat meningkatkan produksi padi.
Budidaya padi di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung masih tergolong tradisional dimana petani belum
sepenuhnya mengikuti teknik budidaya yang direkomendasikan. Agar dapat
meningkatkan produktivitas perlu ada inovasi teknologi budidaya padi
sawah yang dapat diterapkan oleh petani sesuai spesifik lokasi, sehingga
dapat diterapkan dengan mudah.
BUDIDAYA PADI SAWAH
I. PENYIAPAN BENIH
- Gunakan benih bermutu/berlabel.
- Pemilahan benih menggunakan larutan ZA dengan konsentrasi 225
g/liter air atau larutan garam dengan konsentrasi 30 g/liter air. Benih
yang terapung dibuang, sedangkan benih yang digunakan hanya yang
tenggelam.Selanjutnya benih dibilas dengan air, kemudian direndam selama
24 jam, dan setelah itu ditiriskan/diperam sampai ada tanda putih pada
pangkal benih (24-48 jam) lalu disebar di persemaian.
- Pada daerah yang endemik hama atau penyakit disarankan melaksanakan
perlakuan benih dengan pestisida berbahan aktif fipronil atau fungisida.
Setelah direndam 24 jam benih ditiriskan dan dicampur regent 50 sc
dengan dosis 12,5 cc/kg benih sebelum diperam.
II. PERSEMAIAN
- Luas persemaian untuk 1 ha adalah 400 m2
- Bedengan lebar 1,0 – 1,2 m panjang disesuaikan keperluan.
- Tambahkan 2 kg/m2 bahan organik untuk meningkatkan kesuburan tanah dan memudahkan pencabutan bibit.
- Setelah umur bibit 15 – 20 HSS, bibit siap dipindahkan ke lahan pertanaman.
III. PENGOLAHAN LAHAN
- Lahan sawah disiapkan dengan cara pengolahan tanah sempurna dan
apabila tidak memungkinkan, maka tanah dapat diolah minimal atau tanpa
olah tanah.
- Dalam pengolahan tanah ada beberapa faktor yang harus diperhatikan:
- ketersediaan air,
- waktu tanam perlu serempak agar sesuai dengan pola di wilayah setempat.
- jenis dan tekstur tanah.
IV. PENANAMAN
- Umur bibit < 21 HSS. Tanam bibit muda tidak dianjurkan pada lahan yang draenasenya buruk atau endemik keong mas.
- Bibit ditanam cukup 1-3 batang/lubang tanam.
- Jarak tanam menentukan populasi tanaman/satuan luas :
(1) tegel 20 cm x 20 cm = 25 rumpun,
(2) tegel 25 cm x 20 cm = 16 rumpun,
(3) legowo 2:1; 40 cm x (20 cm x 10 cm) = 33 rumpun
(4)legowo 2:1; 50 cm x (25 cm x 12,5 cm) = 21 rumpun
(5) legowo 4:1; 40 cm x (20 cm x 10 cm) = 40 rumpun
(6) legowo 4:1; 50 cm x (25 cm x 12,5 cm) = 26 rumpun
Keuntungan dan kelemahan system tanam legowo
Keuntungan:
- Semua barisan rumpun berada pada bagian pinggir yang memberikan hasil tinggi.
- Tanaman yang mendapat efek samping produksinya dari yang tidak mendapat efek samping.
- Pengendalian hama penyakit lebih mudah, ruang kosong untuk pengaturan air , atau mina padi.
Kelemahan: jumlah benih yang diperlukan lebih banyak dan upah buruh lebih tinggi.
V. PEMUPUKAN
- Kebutuhan hara tanaman dipengaruhi:
- Potensi hasil varietas,
- Iklim (musim hujan atau musim kemarau)
- Ketinggian tempat
- Ketersediaan hara dalam tanah
- Pola tanam (monokultur, polikultur,rotasi tanaman).
Takaran pupuk untuk tanaman padi bergantung: 1)status hara tanah, 2) Kebutuhan tanaman akan hara, 3) Kandungan hara dalam pupuk.
Manfaat dan dampak penerapan pemupukan spesifik lokasi:
- Pemberian pupuk yang tepat takaran, tepat waktu, dan jenis
pupuk yang diperlukan sesuai, maka pemupukan akan lebih efisien, hasil
tinggi, dan pendapatan petani meningkat.
- Pencemaran lingkungan dapat dihindari, kesuburan tanah tetap terjaga, dan produksi padi lestari.
- Mengurangi biaya pembelian pupuk.
Teknologi penggunaan pupuk:
- Gunakan pupuk sesuai stadia pertumbuhan tanaman.
- Buat jadwal pemupukan:
- Pemupikan dasar
- Pemupukan N susulan
- Pemupukan K susulan
- Tetapkan tingkat hasil yang ingin dicapai (5-8 ton/ha)
Dokumentasi:
Tabel 1. Waktu Aplikasi pemupukan
PUPUK
|
PERTUMBUHAN AWAL
|
ANAKAN AKTIF
|
PRIMORDIA
|
Umur (HST)
|
0 - 14
|
21 -28
|
35 -50
|
Nitrogen (N)
|
Takaran sedang (50-100 kg urea/ha)
|
Berdasarkan BWD
|
Berdasarkan BWD
|
Fosfor (P2O5) dan Sulfur (S)
|
100 %
(seluruhnya)
|
-
|
-
|
Kalium (K2O)
|
50-100%
|
-
|
Jika diperlukan ditambah 50%
|
Pemupukan N susulan
- Pilih cara pemupukan N susulan:
- Berdasarkan waktu yang ditetapkan (stadia pertumbuhan)
- Kebutuhan riil tanaman
- Berdasarkan waktu yang ditetapkan:
Bandingkan warna daun padi dengan skala BWD pada saat anakan aktif (21-28 HST) dan fase promordia (35-50 HST
Tabel 2. Takaran pupuk urea yang akan diberikan
Pembacaan BWD sesaat sebelum pemupukan
|
Respon Pupuk N
|
Rendah
|
Sedang
|
Tinggi
|
Sangat Tinggi
|
Tingkat hasil (GKG)
|
5 t/ha
|
6 t/ha
|
7 t/ha
|
8 t/ha
|
Takaran pupuk urea (kg/ha)
|
BWD<3,5
|
75
|
100
|
125
|
150
|
BWD=3,5
|
50
|
75
|
100
|
125
|
BWD>4
|
0
|
0-50
|
50
|
50
|
- Kebutuhan N sesuai dengan kebutuhan riil tanaman
- Bandingkan warna daun dengan skala BWD selang 7-10 hari,
mulai sekitar 21 hari HST sampai primordia bunga (sekitar 50 HST).
- Berikan pupuk N apabila warna daun di bawah nilai kritis (<4).
VI. PENGENDALIAN GULMA
Pengendalian tidak langsung:
- Pengolahan tanah sempurna
- Benih bermutu/berlabel
- Irigasi (pengaturan genangan air)
- Varietas (sistem kanopi, pertumbuhan)
- Populasi tanaman (tanaman optimum)
Pengendalian langsung:
A. Cara Manual dan Mekanisasi:
- Gulma dicabut menggunakan tangan lalu diinjak-injak dibenamkan kedalam lumpur.
- Menggunakan alat gasrok, landak. Kelemahan gulma yang ada
dalam barisan dan dekat rumpun padi tidak terkendalikan, maka perlu
dicabut pakai tangan. Keuntungannya akar rambut yang tua dirusak,
sehingga merangsang tumbuh akar muda yang baik untuk penyerapan hara.
B. Pemakaian Herbisida
- Penyemprotan harus mengetahui kalibrasi penyemprotan
- Mengetahui formulasi herbisida (cairan,emulsi, butiran atau tepung)
- Cara aplikasi (dosis, waktu)
- Sifat kerja herbisida (selektif, non selektif)
- Cara kerja herbisida (sistemik, kontak)
Penggolongan Herbisida
A. Herbisida selektif:
- Herbisida kontak melalui daun (propanil)
- Translokasi melalui daun (2,4D, MCPA dll)
- Pemberian melalui akar (atrazin)
B. Herbisida non selektif:
- Kontak melalui daun (paraquat)
- Translokasi melalui daun (glifosat)
- Pemberian melalui akar (fenuron, TEA)
C. Waktu Aplikasi Herbisida
- Pra-tanam (pre-planting), aplikasi sebelum ada tanaman.
- Pra-tumbuh (pre-emergence), aplikasi sebelum gulma atau tanaman tumbuh.
- Awal pasca tumbuh (early post emergence), aplikasi saat gulma berdaun 2-3 helai.
- Pasca tumbuh (post emergence), aplikasi setelah gulma tumbuh berdaun diatas 4 helai.
VII. Pengendalian OPT
Tahapan pelaksanaan pengendalian OPT baik padi sawah maupun padi gogo
sama berdasarkan pendekatan Pengendalian Hama Terpadu (PHT):
- Identifikasi jenis dan penghitungan tingkat populasi hama dilakukan
oleh petani dan atau Pengamat OPT melalui kegiatan survei dan monitoring
hama-penyakit tanaman pada pagi hari.
- Menentukan tingkat kerusakan hama. Tingkat kerusakan dihitung secara
ekonomi yaitu besar tingkat kerugian atau tingkat ambang tindakan.
Tingkat ambang tindakan identik dengan ambang ekonomi, lebih sering
digunakan sebagai dasar penentuan teknik pengendalian hama dan penyakit.
- Taktik dan teknik pengendalian:
1) Mengusahakan tanaman sehat
2) Pengendalian hayati
3) Penggunaan varietas tahan
4) Mekanik
5) Fisik
6) Senyawa semi-kimia (hormon)
7) Pestisida
- Jenis-jenis hama padi utama yaitu tikus sawah, wereng coklat, penggerek batang padi, dan keong mas.
- Jenis-jenis penyakit padi utama yaitu bercak, blas, busuk pelepah, tungro, hawar daun.
VIII. Panen
- Panen harus memperhatikan umur tanaman padi dan cara pemanenan serta tinggi pemotongan tanaman
- Waktu panen yang tepat dapat didasarkan pada beberapa pedoman,
diantaranya (1) Umur varietas yang tercantum di dalam deskripsi
varietas, (2) Kadar air 21-26%, (3) Pada saat 30-35 hari setelah
berbunga, dan (4) Kenampakan malai 90-95% gabah telah berwarna kuning.
- Panen terlalu awal menyebabkan gabah hampa, gabah hijau, dan butir kapur lebih banyak.
- Panen terlalu lambat menimbulkan kehilangan hasil karena banyak
gabah yang rontok pada saat di lapangan. Selain itu dalam proses
penggilingan jumlah gabah yang patah akan meningkat.
Sumber: Litbang & Buku PTT Padi Sawah dan sumber lainnya |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar